Kisah Nyata Penyelamatan Buddha
Amitabha
45. Cuma
Sekadar Melafal Amituofo
Saya
bernama Ji Ying-ling, tinggal di Dusun Xichen, Kota Handan, Provinsi Hebei.
Pada bulan September 2014, suamiku jatuh sakit dan dirawat di Rumah Sakit, namun
Rumah Sakit terbaik juga tak berdaya, sahabat suamiku yang tinggal di Beijing
memberiku beberapa buku tentang Ajaran Tanah Suci.
Sesungguhnya
saya ini penganut Atheis, tetapi menghadapi kondisi sekarang, apa boleh buat,
hanya bisa ikut-ikutan melafal Namo Amituofo.
Waktu
itu saya tidak mengerti apa-apa, cuma sekadar melafal Amituofo, sambil berkata
pada suamiku yang sedang sekarat : “Kamu juga ikut melafal Amituofo-lah! Kalau
tidak bisa sembuh lagi, pergilah ke Alam Sukhavati, tunggulah saya di sana.”
Tetapi
apakah dia ada mendengarnya atau tidak, saya juga tidak tahu, oleh karena saya
sendiri juga tidak percaya sepenuhnya, namun diri sendiri juga tidak punya
jalan keluar lainnya, makanya cuma sekadar melafal Amituofo.
Keluar
dari Rumah Sakit, kami pulang ke rumah, hati pun terasa kalut, urusan juga
bertumpuk, saya tidak melafal Amituofo lagi. Seminggu kemudian, saya menasehati
suamiku supaya melafal Namo Amituofo di dalam hati, waktu itu dia tidak berkata
apa-apa, namun dalam benaknya dia mengerti.
Sehari
sebelum wafat, sorenya, dua orang sahabatnya datang membesuknya, mereka
bercengkerama sambil tertawa, senang sekali, sejak menderita sakit, itu
merupakan tawanya yang paling alami, bahkan bercanda kalau dia bermimpi jadi
walikota Handan.
Esok
paginya pukul 5 lewat dini hari, dia menghembuskan napas terakhir. Setelah
selesai dikuburkan, malam harinya salah seorang sahabatnya datang berkunjung
dan mengatakan padaku : “Dini hari tadi waktu kamu mengabarkan kepergian
suamimu, saya sempat bermimpi, Li Bin (nama suamiku) datang mengunjungiku,
berpakaian serba hitam. Kemudian saya melihat dari angkasa penjuru barat
datanglah seorang Buddha, memancarkan cahaya keemasan lalu menjemputnya pergi,
diriku yang tidak pernah bermimpi jadi kaget setengah mati.”
Kemudian
saya jadi tidak mengerti, sahabatnya tidak meyakini Buddha, mengapa bisa
bermimpi melihat Buddha yang memancarkan cahaya keemasan, bahkan pakaian yang
dikenakan suamiku dalam mimpinya adalah sama dengan pakaian yang dikenakan suamiku waktu meninggal dunia.
Oleh
: Ji Ying-ling
14
Desember 2014
只是傻念一句佛助夫金光生净土
我叫吉英玲,家住河北省邯郸市磁县讲武城镇西陈村。今年(2014年)9月,我丈夫大病住院,但最好的医院也无能为力,我丈夫北京的朋友给我送了些净土宗系列随身书。我本是无神论者,无可奈何,就看了这些书,也念起了南无阿弥陀佛。当时什么也不懂,只是傻傻地念着,并对生命垂危的丈夫说:「你也念佛吧!如果病好不了,你就在西方极乐世界等我。」可他到底听没听,我也不知道,因为当时我也不是坚信,也不知道该如何去做,更是不懂,只是傻念一句佛号。
从医院回家后,心也乱,事也多,我就没念佛。一星期后,我劝丈夫心里念南无阿弥陀佛,当时他不说话,但心里明白。他去世的前一天下午,他两个本村的朋友来看他,他有说有笑,特别开心,那是他生病以来最动人、最自然的笑,他还说他梦见当了邯郸市长,还是正的。
第二天凌晨五点多他走了。下葬后的当天晚上,来看他的一位朋友对我说:「你通知我的那天凌晨,我做了个梦,梦见李斌(我丈夫)来找我玩,穿着一身黑衣服。可还没玩呢,我看到从西方天空来了一尊佛,闪着金光把他接走了,从不做梦的我被吓坏了。」
后来我一直不解,他朋友不信佛,为什么能梦见金光闪闪的佛,而且梦里丈夫穿的衣服与他去世时穿的衣服是一样的。
我丈夫的朋友梦见我丈夫是被闪着光的佛接走了。后来他说,他从不做梦,就那天做了个这样的梦。我真不明白他为何不给日夜伺候他的妻子托梦,而告诉朋友呢?
其实在丈夫生病期间,也有不少信其他宗教的人士来安慰我、劝我,我因先看了净土宗系列丛书,我就选择信佛,可是我身边亲戚朋友都不信佛,送我佛书的朋友也远在北京,常年不在家。我不知如何去做,只是想起来就念南无阿弥陀佛,虽还不是很坚信,可我想起朋友的那个梦,悲痛欲绝的我就会有一种欣慰的感觉。
吉英玲
2014年12月14日
摘录自 :
念佛感应录(七)