Kisah Nyata Penyelamatan Buddha
Amitabha
29. Si
Cilik Terlahir ke Alam Sukhavati
Sekitar
tahun 1980-an, di Jiangsu Utara terdapat sebuah keluarga, ada seorang Upasaka
praktisi pelafal Amituofo yang membulatkan tekad terlahir ke Tanah Suci
Sukhavati, setiap hari melakukan kebaktian rutin dengan melafal Amituofo di
hadapan rupang Buddha.
Praktisi
ini mempunyai seorang anak perempuan yang baru berusia 10 tahun, tiap hari
mendengar Ayahnya melafal Amituofo, merasa keheranan lalu bertanya : “Papa,
mengapa Anda tiap hari melafal Amituofo? Apa saja manfaat dari melafal
Amituofo?”
Upasaka
menjawab : “Melafal Amituofo tujuannya supaya terlahir ke Alam Sukhavati di
penjuru barat. Oleh karena alam itu sangat indah sempurna, di sana tidak ada
penderitaan lagi, yang ada hanyalah kebahagiaan, lagi pula permukaan tanahnya
dilapisi dengan emas, Bunga Teratai yang ada di Kolam Tujuh Mustika ukurannya
sebesar roda pedati, kuntum-kuntum
memancarkan cahaya, demikian pula dengan pepohonan juga memancarkan
cahaya...........”
Upasaka
menuruti apa yang tercantum di dalam “Amitabha Sutra”, menjelaskan kepada
putri-nya tentang panorama menakjubkan Alam Sukhavati, setelah mendengarnya si
Cilik bertanya : “Papa, Alam Sukhavati sungguh bagus, di mana letaknya?
Bolehkah Anda membawaku jalan-jalan ke sana?”
Upasaka
menjawab : “Papa tak berdaya membawamu ke sana, hanya Buddha Amitabha yang
dapat mengantarmu ke sana. Jika kamu ingin ke sana, maka harus rajin-rajin
melafal Amituofo.”
Si
Cilik yang lugu tersebut setelah mendengar kata Ayahnya, setiap hari
merenungkan keindahan panorama Alam Sukhavati, hati yang penasaran berharap
sedini mungkin dapat mencapai Alam Sukhavati, maka itu dengan setulusnya
melafal Amituofo, baik berjalan, berdiri, duduk maupun berbaring, tak
terpisahkan dari melafal Amituofo.
Tiga
tahun kemudian, suatu hari si Cilik tiba-tiba berkata pada Ayahnya : “Papa,
saya sudah mau pulang ke Alam Sukhavati, waktunya adalah tanggal sekian, pukul
10 pagi (tepatnya tanggal berapa, Venerable sudah tidak ingat lagi). Anda
undanglah kerabat dan sahabat datang mengantar kepergianku!”
Saat
itu Ayahnya tidak percaya putrinya melafal Amituofo hanya dalam waktu singkat
sudah bisa terlahir ke Alam Sukhavati, namun karena dia sendiri juga merupakan
praktisi pelafal Amituofo, lagi pula ini juga merupakan permintaan putrinya,
makanya dia menuruti saja.
Mulanya
kerabat dan sahabatnya juga tidak percaya, tidak bersedia hadir, bahkan berkata
bagaimana boleh orang dewasa memercayai perkataan anak kecil, orang yang masih
sehat dan baik-baik, juga tidak menderita sakit apapun, normal-normal saja,
bagaimana mungkin bilang mau mati langsung bisa mati.
Upasaka
menjelaskan : “Bukan mati tapi terlahir ke Alam Sukhavati, pokoknya saya sudah
mengundang kalian, tiba hari H nanti semoga kalian bisa hadir ya.”
Kerabat
dan sahabatnya juga tidak mengerti apa itu “Terlahir ke Alam Sukhavati”, namun
karena penasaran, mereka datang juga supaya bisa menyaksikan secara langsung
dan memahami apa artinya “Terlahir” itu.
Sampai
pada pukul 9 pagi seperti yang telah dijanjikan, mereka berkumpul di rumah
Upasaka, si Cilik mulai membasuh diri, berpakaian dan berpenampilan rapi, tepat
pukul 10 pagi, Buddha Amitabha memancarkan cahaya datang menjemput, si Cilik
terlahir ke Alam Sukhavati dengan bebas tanpa rintangan.
Saat
itu semua hadirin menyaksikan dengan mata kepala sendiri, si Cilik berdiri di
atas Bunga Teratai, langsung berubah menjadi pria, menampilkan tubuh keemasan, pergi
menuju ke arah barat!
Setelah
menyaksikan langsung fenomena menakjubkan nan unggul tersebut, orang-orang yang
tidak meyakini Buddha datang ke Vihara mengambil Visudhi Trisarana, meyakini
Buddha melafal Amituofo, bertekad terlahir ke Alam Sukhavati.
Lampiran
:
Kisah
di atas disampaikan secara lisan oleh seorang anggota Sangha dari Vihara
Donglin, penulis merasakan kesan yang sangat unggul, memperoleh motivasi yang
sangat mendalam, makanya mencatatnya secara garis besar, lalu membaginya kepada
khalayak ramai.
Papa
si putri kemudian adalah Master Huiming, seorang anggota Sangha di Vihara
Ling-yan-shan. Semasa hidupnya, Master Huiming selalu membagi kisah putrinya
terlahir ke Alam Sukhavati kepada orang-orang di sekitarnya.
Anggota
Sangha lainnya mencatat kisah tersebut, tiap kali diselenggarakan kegiatan Foqi
(kegiatan melafal Amituofo selama tujuh hari berturut-turut), mereka akan menyampaikan
kisah ini guna memotivasi para peserta.
Namo
Amituofo!
Ditulis
oleh : Upasaka Huiwu
念佛三载 殊胜生西
大约是上世纪80年代,苏北的一户人家,有一位念佛发愿求生西方的男居士,每日都在家中佛像前念佛做功课。居士十岁的女儿听到父亲每天都在念佛,就好奇地问:「爸爸,您为什么每天都要念佛啊?念佛到底有什么好处呢?」居士答曰:「念佛是为了去西方极乐世界。因为那个世界很美好,去到那里后就不再有生老病死等苦,那里只有快乐,而且地面上都是用黄金铺的,七宝池里的莲花跟车轮一样大,闪闪发光,树也闪闪发光……」
居士按《佛说阿弥陀经》的极乐妙景给女儿描述了一遍,女孩听后问:「爸爸,西方极乐世界这么好,到底在哪儿啊?可以带我去看看吗?」居士回答说:「这个地方爸爸就没本事带你去了,阿弥陀佛才有能力带你去。你想去,就得念佛。假如你不念佛,是去不了的。」纯真的女儿听了父亲的话后,每天都想着极乐世界的美好庄严,好奇的小心灵此后就是盼望能快点到极乐世界去观光,所以很老实地念佛,行住坐卧常称佛号,心常念佛。
三年后的一天,女儿突然跟爸爸说:「爸爸,我要回家了,时间是某天的上午10点(具体时间师父记不起了)。您请亲友来送送我吧!」女孩的爸爸当时不相信女儿这么快就要往生了,但因为他也是念佛人,既然女儿这样说了,就照做。开始时,一些亲友都不相信,也不愿去,并且说大人怎能相信一个小孩的话,好好的一个人,又没病,也很正常,怎会说死就死。女孩的爸爸解释说:「不是死,是往生,既然她请你们去,你们到了那天就去吧。」亲友并不懂「往生」是什么,觉得不管怎样去看看也好,亲眼看看就明白了。到了约定的那天9点半,小女孩开始沐浴梳洗,10点整时,弥陀放光接引,小女孩于家中殊胜往生。当时所有在场的人都看到了小女孩站立于莲花上,即刻女转男相,显现金身,向西而去!亲眼看到此殊胜妙景后,在场不信佛的人后来都皈依佛门,信佛念佛,求生西方。
附:以上故事,是东林寺一位出家师父口述,末学感其殊胜,深受鼓舞,所以将其大略记录下来,以飨各位。女孩的爸爸慧明师父,与东林寺师父的师父是同辈人,当时都在灵岩山的寺院里为僧。慧明师父在世时经常与身边人分享女儿往生的故事。同慧明师父同辈的那位师父还健在。寺院里的师父把这则故事记载下来,逢佛七时都会讲述,勉励大众。
南无阿弥陀佛!
慧悟居士记
按:
极乐谁家子,莲花叶里生。
为由念佛故,从此得来生。
摘录自 :
念佛感应录(五)