Kisah Nyata Penyelamatan Buddha Amitabha
01. Penyelamatan Buddha Amitabha Tanpa Hambatan
Baru-baru ini, Pemerintah Malaysia mengumumkan
lockdown, segala aktivitas keagamaan mesti dihentikan, tidak boleh bepergian ke
luar negeri, juga tidak boleh keluar rumah kalau tidak ada hal penting; dan
dengan sendirinya kami juga tidak dapat melakukan kegiatan Zhunian (membantu
pasien melafal Amituofo).
Pada saat ini, kebetulan ada telepon dari salah
seorang sahabat Dharma yang mengabarkan bahwa kakaknya sedang sekarat. Kakaknya
merupakan penderita penyakit kanker yang menjalani perawatan di Rumah Sakit,
oleh karena kondisinya tidak memungkinkan disembuhkan lagi, sehingga dibawa
pulang ke rumah. Maka itu adiknya menelepon saya bertanya, “Apa yang harus kami
lakukan?”.
Setelah dibawa pulang ke rumah, tidak berapa lama
kemudian, kakaknya menghembuskan napas terakhir, saat itu raut wajahnya sangat
buruk. Menurut penuturan keluarganya, mata dan mulutnya terbuka lebar, oleh
karena dia meninggal dunia akibat penyakit kanker, sehingga dari mulutnya
mengalir keluar banyak darah.
Waktu itu, penduduk di negeri jiran telah dilarang
keluar rumah, jadi tak berdaya mengumpulkan sahabat Dharma untuk melakukan
kegiatan Zhunian.
Maka itu saya menelepon pihak keluarga almarhum
dan menyampaikan : “Sekarang yang paling penting adalah melafal Amituofo,
urusan belakangan boleh diabaikan dulu, lagi pula kakak telah dibawa pulang ke
rumah, yang berarti keluarga berhak membuat keputusan sendiri.”
Pada waktu itu, saya juga menelepon para sahabat
Dharma supaya melafal Amituofo di rumah masing-masing, yakni melakukan Zhunian
jarak jauh dan melimpahkan jasa kepada almarhum.
Saya juga berpesan pada keluarganya :
“Penyelamatan Buddha Amitabha tiada rintangannya, asalkan kita melafal namaNya,
tak peduli di manapun juga, berapa banyak jumlah orang yang membantunya melafal
Amituofo, semuanya ini pasti ada mukjizatnya; mengenai urusan belakangan, yakni
disemayamkan di rumah duka, urusan pemakaman, nantinya baru diberitahukan juga
bukanlah masalah, sekarang yang penting adalah melafal Amituofo.”
Oleh karena waktu itu sudah mendekati senja,
andaikata diselenggarakan kegiatan Zhunian, maka selesainya bisa sampai
keesokan pagi, sementara pasien meninggal dunia karena penyakit kanker, jika
memutuskan melakukan Zhunian untuk jangka waktu yang begitu lama, entah kondisi
jasad bisa bermasalah atau tidak?
Inilah yang dicemaskan oleh pihak keluarga, yang
juga merupakan hal yang masuk akal. Oleh karena umumnya orang akan berpikir :
Manusia setelah meninggal dunia, kondisi jasadnya akan mengalami pembusukan.
Lagi pula almarhum meninggal dunia karena penyakit kanker dan dalam kondisi
mulut menganga lebar dan mengeluarkan darah.
Namun pada akhirnya pihak keluarga tetap
memutuskan terlebih dulu menghubungi rumah duka dan mendiskusikan urusan
pemakaman, lalu diputuskan pada esok harinya jasad dimasukkan ke dalam peti
mati.
Pada saat itu para petugas rumah duka
memberitahukan pihak keluarga : “Jika jasad almarhum hendak ditaruh hingga esok
pagi, sepertinya tidak memungkinkan, kalau mengharuskan esok pagi baru diurus,
maka jenazah harus diletakkan di atas balok es.” Pihak keluarga memutuskan menuruti
rekomendasi dari rumah duka.
Demikianlah anggota keluarga mulai melafal
Amituofo, dimana mata dan mulut jasad almarhum yang pada awalnya terbuka lebar,
setelah mendengar lafalan Amituofo, perlahan-lahan mulai menutup. Raut wajahnya
juga perlahan berubah jadi tidak pucat lagi, wajahnya mulai menampakkan
senyuman kedamaian, dibandingkan dengan waktu baru menghembuskan napas
terakhir, sekarang raut wajahnya sudah sangat bagus kelihatannya.
Yang lebih menakjubkan adalah keesokan paginya,
ketika jenazah akan dimasukkan ke dalam peti mati, petugas rumah duka menemukan
bahwa jasad almarhum tidak kaku, persendian tangan dan kakinya masih lentur, tidak
mirip dengan orang mati yang umumnya persendian kakunya hingga menyerupai kayu.
Lagi pula, sudah belasan jam lamanya jenazah
diletakkan di atas balok es, para petugas rumah duka berkata : “Selama ini
tidak pernah menemukan ada jenazah yang sudah belasan jam lamanya diletakkan di
atas balok es, kondisinya masih begitu lentur.” Pihak keluarga yang melihat hal
ini, jadi sangat terhibur, kekuatan Buddha sungguh tak terbayangkan.
Oleh karena berada dalam periode musim pandemi,
urusan selanjutnya dilakukan secara sederhana. Saya berkata pada pihak keluarga
mendiang : “Sebenarnya begitu juga lebih bagus, seluruh proses yang berjalan
dapat membantu almarhum terfokus pada pelafalan Amituofo secara
berkesinambungan.”
Hal yang tak terbayangkan adalah pada pagi hari
dimana jenazah akan diberangkatkan ke tempat peristirahatan terakhirnya, putra
mendiang menceritakan mimpinya bersua dengan ibunda-nya tersebut.
Sang anak menuturkan : “Mama telah berubah jadi
muda, bahkan fisiknya lebih berisi dan tidak kurus kering lagi.”
Bahkan ibunda-nya berkata padanya, beliau sangat
gembira datang ke Tanah Suci Sukhavati, menasehati putranya supaya ikut melafal
Amituofo, kelak terlahir ke Tanah Suci Sukhavati. Beliau juga sempat berkata :
“Bahkan Oma sekarang juga berada di sini.” Oma yang dimaksud adalah ibunda
mendiang ini.
Tempo dulu ketika Oma meninggal dunia, juga diselenggarakan
kegiatan Zhunian melafal Amituofo, salah seorang putrinya adalah praktisi
pelafal Amituofo, yakni sahabat Dharma yang menelepon-ku kemarin.
Tetapi waktu itu sehabis Zhunian, jasad Oma
tidaklah lentur, maka itu putrinya selalu mencemaskan keadaannya, entah
ibunda-nya (Oma) berhasil atau tidak terlahir ke Alam Sukhavati.
Setelah mendengar mendiang kakaknya memberitahukan
putra-nya bahwa Oma sekarang sudah berada di Alam Sukhavati, hati sahabat
Dharma ini pun terasa lega.
Maka itu, Pintu Dharma Pelafalan Amituofo sangat
unggul, asalkan bersedia melafal Amituofo pasti memperoleh penjemputan dari
Buddha Amitabha, tak peduli apakah pada waktu itu ada muncul fenomena istimewa
atau tidak, semuanya ini tak perlu dihiraukan, asalkan melafal Amituofo maka
pasti dapat terlahir ke Alam Sukhavati.
Peristiwa ini terjadi di dekat lokasi Vihara Persatuan Penganut Amitabha
Buddha Selangor, kebetulan
berpapasan dengan musim pandemi, semua orang tak berdaya keluar rumah, sehingga
tidak memungkinkan diselenggarakannya kegiatan Zhunian, sementara itu mendiang
memiliki pemahaman yang kurang terhadap Buddha Dharma, hanya saja saat
meninggal dunia, anggota keluarganya membantunya melafal Amituofo, akhirnya
juga bisa memperoleh penjemputan dari Buddha Amitabha.
Pintu Dharma Tanah Suci telah memberikan kita
sebuah harapan, membawa ketenangan dan kedamaian di hati kita semuanya.
Sebagai manusia, mungkin kita memiliki beragam
hambatan, contohnya tidak dapat keluar rumah, tidak melatih diri dengan baik,
penyakit kanker, kesakitan, rintangan karma, pandemi, urusan belakangan yang
tidak beres dan sebagainya, semua ini adalah rintangan; tetapi asalkan bersedia
melafal Amituofo, maka bagi Buddha Amitabha, halangan apapun takkan ada.
Serupa dengan yang dikatakan Master Shandao :
“Para makhluk yang melafal Amituofo dapat
menghapus rintangan karma selama berkalpa-kalpa; saat menjelang ajal, Buddha
Amitabha dan para Suciwan akan datang menjemput; rintangan karma apapun takkan
bisa merintangi penyelamatanNya, maka itu disebut sebagai jodoh pembantu (jodoh
yang membantu pelatihan diri)”.
Dengan adanya kekuatan Buddha Amitabha sebagai
jodoh pembantu, tak peduli dalam kondisi bagaimanapun kita melafal Amituofo,
juga dapat menghapus rintangan karma, setelah melafal Amituofo maka dengan
sendirinya memperoleh penjemputan dari Buddha Amitabha; segala rintangan takkan
berdaya menghalangi penyelamatan dari Buddha Amitabha. Ibarat begitu cahaya
fajar menyingsing maka segala kegelapan takkan berdaya menghalangi pancaran
sinar terangnya.
Dipetik dari
ceramah Venerable Jingben
Judul : Melafal Amituofo dan pelimpahan jasa
Tanggal : 12 April 2020
最近,马来西亚政府宣布,所有的宗教活动都要禁止,不能出国,也不鼓励外出;理所当然的,我们本来提供的外出助念结缘佛事,就没办法进行。
这时,刚好有一个莲友来电说:“她姊姊即将要过世了。”这位姊姊得到了癌症,正在医院治疗,而当时的情况已经确定没有办法挽救了,就送回家里。所以,妹妹就来电请示我:“到底要怎么处理?”。
姊姊回来没多久就断气了,且过世的时候样子很难看。听她家人说,她的眼睛、嘴巴张得大大的,因是癌症过世,嘴巴也流出许多血。那时,已经开始限制人民外出,没有办法安排助念。所以,我就在电话上跟家属说:“现在最重要的就是先念佛,其他身后事都可以先不用处理;反正姊姊(亡者)已经回到家里,也就是自己可以做主。”
那时,我也通知其他莲友在各自家里念佛,也就是远程地为亡者助念。我就跟家属说:“阿弥陀佛是没有障碍的,只要我们有念佛,不管在那里念、多少人念,统统都会有感应;至于,要处理身后事的那些殡仪馆、葬仪社,之后再通知也无妨,现在先念佛。”
因为那时已经接近傍晚了,如果要助念可能会念到隔天,且亡者又是癌症过世的,要念佛这么久,不知道遗体会不会有问题?这是家属的担心,也是一个合理的担心。因为一般人的理解:人过世以后,身体会变化。而且,亡者还是癌症过世的,嘴巴是流血的。
家属后来还是先联系了殡仪馆、葬仪社,跟他们预定第二天过来准备棺木等事宜。当时,那些工作人员跟家属说:“这个遗体要放到明天早上恐怕不行,就算是等到明天早上再处理,还是要先给遗体放上干冰才好。”家属拗不过他们,就先把亡者的遗体放上干冰。
就这样,经过几位家人在身旁念佛,本来亡者的眼睛、嘴巴睁得大大的,但念了佛以后,就慢慢的阖上了,脸色也慢慢的变得红润了,嘴巴也变得安详有微笑了,比刚断气时那种难看的相好看得太多了。
更不可思议的是,第二天早上,葬仪社、殡仪馆的人来为亡者处理的时候,发现她的身体柔软到不可思议,手脚的关节非常的柔软,不像一般过世的人,关节硬到像木头。而且,亡者已经放上干冰十多个小时,那些工作人员就说:“从来没有看过一个过世的人放了干冰十多个小时,身体还会这么柔软。”家属看到都感到很安慰,真的是佛力不可思议。
这次因为疫情的关系,身后事就简单的处理。我跟家属说:“其实这样子更好,全程可以为亡者简单专一的念佛。”
更想不到的是,出殡的当天早上,亡者的儿子就梦到他妈妈了。他说:“现在看到的妈妈变得年轻了,而且长肉了。”而且他妈妈还跟他说,她来到净土很高兴,也劝儿子念佛,以后可以往生净土。她还说:“连祖母现在都在这里。”这位祖母就是亡者的妈妈。
以前祖母过世的时候,也有安排念“南无阿弥陀佛”(助念),她的一个女儿是念佛的,就是连系我们的这位莲友。但是,当时他们念完佛,祖母的身体并不柔软,所以她女儿(莲友)就一直罣礙,不知祖母有没有往生极乐世界。但是现在,亡者竟然在梦里跟她儿子说:“你的祖母也在极乐世界,也到净土了。”
所以,念佛法门真的很殊胜,只要念佛,肯定就是阿弥陀佛的接引,不管当时我们有没有看到任何的感应,不管身体有没有什么柔软的瑞相,这些都不管,只要念佛,就绝对能够到极乐世界。
这件事发生在我们吉隆坡净土宗念佛会的附近,正好是在疫情期间,大家都无法出门,无法安排助念,连亡者本身对佛法也是似懂非懂,只是过世的时候家人在身旁念佛而已,结果阿弥陀佛照样接引。这样的法门真的给我们安慰,给我们安心。
我们人或许有障碍:不能出门啦、没有修行啦、癌症啦、病痛啦、业障啦、疫情啦、身后事处理不好种种的,这些事都是障碍;但是只要念佛,对阿弥陀佛来说,什么障碍都没有。
像善导大师说的:
众生称念,即除多劫罪;命欲终时,佛与圣众自来迎接;诸邪业系无能碍者,
故名“增上缘”也。
因为有阿弥陀佛愿力为增上缘,不管我们在什么情况下念佛,都可以灭罪,念了佛自然就有阿弥陀佛的接引;有阿弥陀佛的接引,不管任何的邪业、恶业、逆缘,统统不会障碍阿弥陀佛的救度。就好像黑暗和光明一样,光一到,黑暗是阻止不了的,是不是?
节录自净本法师2020年4月12号《念佛超荐》开示