Kisah Nyata Penyelamatan Buddha
Amitabha
34. Janin
Meninggalkan Kandungan Bunda
Saya
bernama Wei Shu-yun, usia 43 tahun, tinggal di Kota Qin-huang-dao, Provinsi
Hebei. Saya meyakini Buddha dan melafal Amituofo, bertekad terlahir ke Tanah
Suci Sukhavati.
Tanggal
25 Januari 2012, saya mendapati diriku hamil, dalam hatiku berpikir, putraku
sekarang sudah berusia 21 tahun, mana boleh melahirkan lagi.
Setelah
belajar Ajaran Buddha, saya jadi mengerti, menggugurkan kandungan adalah
perbuatan membunuh, tidak boleh menggugurkan kandungan; tetapi kehadiran janin
ini tidak dihendaki, apa yang harus dilakukan? Benar-benar terjebak dalam
dilema, perasaan kala itu begitu sengsara, terlampau menyakitkan!
Tanggal
27 Januari, saya sedang chatting di media sosial QQ, kebetulan Upasika Wuxiu
juga sedang online, saya mengutarakan masalah ini kepada dirinya.
Dia
sangat iba padaku, berkata padaku : “Masalah ini sulit ditangani, hanya dengan
melafal Amituofo, memasrahkan diri dan menerima pengaturan dari Buddha. Lafallah
Amituofo beberapa hari, menyampaikan kebenaran kepada janin, menasehatinya
supaya melafal Amituofo.”
Demikianlah,
saya melafal Amituofo selama beberapa hari, tetapi di dalam hatiku masih belum punya
kepastian.
Tanggal
3 Februari, saya menelepon Upasika Baoxin, menceritakan masalahku ini, berharap
bisa mendapatkan bantuan. Terlebih dulu dia bertanya berapa usia kandunganku,
saya bilang sudah sebulan.
Lalu
dia berkata padaku : “Masalah ini memang sangat sulit! Saya dapat memahami
kondisi anda, di satu sisi, tidak boleh melakukan aborsi, aborsi adalah
membunuh anak kandung sendiri, di sisi lainnya, kehadiran anak ini tidak
dihendaki, benar-benar dilema!
Tetapi
mengingat usia kandungan masih berkisar sebulan, anda masih memiliki peluang,
ada satu cara, anda boleh mencobanya. Mengerahkan segenap hati memohon pada
Buddha Amitabha, semoga janin bersedia pergi dengan sendirinya.”
Saya
bertanya : “Jadi bagaimana caranya supaya janin dapat pergi dengan sendirinya?”
Baoxin
menjawab : “Anda harus sering berkomunikasi dengan janin, seperti apa yang
dikatakan sebagai ketulusan penuh mendatangkan mukjizat, apalagi ibu dan anak
saling terjalin hatinya, dia dapat memahaminya.
Nasehati
dia supaya menjauhi penderitaan neraka kandungan, bertekad terlahir ke Alam
Sukhavati. Lalu melafal Amituofo seratus ribu kali, melimpahkan jasa kebajikan
kepada si janin, memohon pada Buddha Amitabha ber-Maitri Karuna membimbingnya,
semoga janin menerima penyelamatan Buddha Amitabha, terlahir ke Tanah Suci
Sukhavati. Ini merupakan akhir yang paling baik.”
Saya
tidak memiliki cara lainnya lagi, hanya bisa menurutinya, memutuskan untuk
mencobanya.
Maka
itu saya menulis di selembar kertas : “Memohon Buddha Amitabha menjemput buah
hatiku terlahir ke Alam Sukhavati, semoga anakku bersedia meninggalkan siksaan
neraka kandungan, bertekad terlahir ke Alam Sukhavati. Anakku, saya percaya
kamu pasti dapat terlahir ke Alam Sukhavati.”
Hari
ini setelah selesai melakukan kebaktian pagi, saya mulai berkomunikasi dengan
janin.
Saya
berkata : “Anakku, Mama bersalah padamu, oleh karena kecerobohanku, sehingga
mengandung dirimu, tetapi saya tidak dapat membawamu ke dunia ini. Terpikir
sampai di sini, Mama sangat menyesali dan menyalahkan diri sendiri, sungguh
merana.”
Pada
saat itu, air mata mulai mengalir membasahi wajahku, sambil menangis sambil
berkata : “Anakku, dunia ini terlampau menderita, enam alam tumimbal lahir
terlampau menyengsarakan, meskipun kamu datang ke dunia ini, juga hanya hidup
beberapa dekade saja, ibarat sebuah mimpi, sekejab saja sudah berlalu, sungguh
tiada artinya, lebih baik kamu melafal Amituofo bertekad terlahir ke Alam
Sukhavati, di sana barulah ada keluarga kita yang nyata.
Hanya
Buddha Amitabha yang dapat menyelamatkan kita menyeberangi lautan penderitaan,
anakku, pergilah dulu, menanti ajal tiba, Mama akan menyusulmu ke sana, saat
itu kita akan berkumpul bersama buat selamanya, penduduk di sana memiliki usia
tanpa batas, takkan mati; lingkungan alam di sana sangat indah sempurna, Mama
takkan mengelabui-mu! Mama berharap kamu dapat terlahir ke Alam Sukhavati,
hanya dengan terlahir ke sana, barulah kamu dapat terbebas dari lautan
samsara.”
Demikianlah,
setiap harinya saya berkomunikasi dengan si janin, mengulangi perkataan yang sama,
usai itu mulai melafal Amituofo dan melimpahkan jasa kepada janin di
kandunganku.
Tanggal
6 Februari, suamiku mendesak supaya saya melakukan aborsi ke Rumah Sakit, dia
mencemaskan jika usia janin semakin besar maka akan sulit digugurkan, si Ibu
juga akan terancam nyawanya.
Saya
bertanya pada Upasika Baoxin : “Mengapa janin masih belum meninggalkan
kandungan? Apa yang harus kulakukan?”
Dia
berkata kami tidak memberikan tenggang waktu kepada si janin, pemikiran yang
kurang manusiawi, hanya memikirkan kepentingan orang dewasa, tidak pernah
berpikir dari sisi si janin.
Jika
berpikir dari sisi si janin, pergi atau menetap di dalam kandungan, adalah
keputusan yang sangat besar baginya, untuk menentukannya bukanlah hal yang
gampang, butuh waktu untuk mempertimbangkannya.
Apalagi
sudah sempat masuk ke dalam kandungan manusia, kesempatan yang begitu langka, untuk
membuat keputusan melepaskan kesempatan jadi manusia, baginya merupakan hal
yang sulit. Maka itu, hendaknya memberikan janin waktu untuk mempertimbangkan,
memberinya tenggang waktu.
Setelah
mendengar perkataannya, berpikir dengan seksama, memang beralasan, sungguh
menyesal tidak pernah berpikir dari sisi si janin. Saya memutuskan mengikuti
perkataan Baoxin.
Tanggal
7 Februari, usai kebaktian pagi, saya kembali berkomunikasi dengan janin,
sebelum tanggal 13 (Hari Senin), dia sudah harus meninggalkan kandungan, paling
lambat adalah tanggal 12, oleh karena Hari Senin saya sudah harus ke Rumah
Sakit, tidak boleh ditunda lagi.
Terus
terang saja, walaupun tiap hari saya berkomunikasi dengan si janin,
menasehatinya supaya melafal Amituofo, membulatkan tekad terlahir ke Alam
Sukhavati, namun di dalam hatiku tidak punya kepastian, apakah janin bisa atau
tidak meninggalkan kandungan, saya juga tidak berani memastikannya, setengah
percaya setengah tidak.
Dalam
hati berpikir, pokoknya saya telah berusaha, apakah dia bisa atau tidak
meninggalkan kandungan, tergantung jodoh. Namun dari sisi lainnya saya juga
berpikir, asalkan yakin pada Buddha, berlindung sepenuhnya pada Buddha
Amitabha, janin pasti akan meninggalkan kandungan. Dalam kecemasan semacam ini,
setiap hari saya melafal Amituofo dan memanjatkan doa.
Tanggal
12 Februari sekitar pukul 13.30 siang, saya mengalami pendarahan di toilet,
firasatku mengatakan : saya keguguran! Ini adalah hari ke-49 usia kandunganku.
Saya sangat senang, akhirnya janin bersedia meninggalkan kandungan! Pada saat
ini saya masih belum menyelesaikan seratus ribu lafalan Amituofo, malam itu
juga saya menyelesaikannya.
Tanggal
13 pukul 8.30 pagi, suamiku mendampingiku ke Rumah Sakit. Dokter bersalin
melakukan pemeriksaan terhadap diriku, hasilnya adalah janin telah mati. Dokter
wanita ini juga meyakini Buddha, saya ceritakan padanya pengalaman yang saya
alami, dia berkata : “Janin mati harus dikeluarkan dari kandungan, rahim butuh
dibersihkan.”
Pulang
dari Rumah Sakit, hal pertama yang ingin kulakukan adalah menyampaikan kabar
gembira ini kepada Upasika Baoxin! Setelah mendengarnya dari telepon, dia juga
ikut merasakan kegembiraanku, berkata : “Baguslah! Saya ikut bersukacita!
Terima kasih Buddha Amitabha! Juga harus berterima kasih pada janin yang penuh
pengertian!”
Benar,
terima kasih pada penyelamatan Maha Maitri Maha Karuna Buddha Amitabha. Buah
hatiku yang memiliki akar kebajikan, kebijaksanaan, keberanian dan penuh
berkah, kita akan bersua nanti di Alam Sukhavati.........
Ditulis
oleh : Wei Shu-yun
Disusun
oleh : Huang Bao-xin
祈佛遂意胎儿自离
我叫魏淑芸,43周岁,家在秦皇岛市。我信佛念佛,愿生净土。2012年1月25日(农历大年初三),我发现自己怀孕了,心想儿子都21岁了,决不能生下来。学佛后我知道,堕胎是杀生,不能堕胎;可这胎儿又不能要,怎么办?真是陷入了两难,当时的心情非常痛苦,真是愁死啦!
1月27日,我上电脑QQ,正巧吾秀居士也在线上,我就和她说了这件事。她很同情我,跟我说:「这件事很难办啊,只有念佛,听佛安排吧。念几天佛,给孩子讲道理,劝念佛。」
就这样,我念了几天,但是心里还是没把握。
2月3日,我又给宝心居士打了电话,说了这事,希望能得到帮助。
他先问我怀孕多长时间,我告诉他现在妊娠一个月。接着他跟我讲:「这事儿的确非常为难!我理解你,既不能堕胎,堕胎是杀害亲子,又没办法要孩子,实在是两难!不过,怀孕一个月还有机会,有一个办法,你可以试试。全心求靠阿弥陀佛,希望孩子自己离开。」
我问:「那怎么让孩子自己离开?」
宝心说:「你要常和孩子沟通,所谓至诚感通,况且母子连心,他会听明白的。劝他要厌离胎狱之苦,求生极乐世界。并用念佛祈愿单的方法,念佛十万,回向给孩子,专门求阿弥陀佛慈悲调摄,愿孩子接受阿弥陀佛的救度,往生净土。这是最好的结果。」我没有别的办法,只有听从,决心一试。
于是我在祈愿单上写下:「求阿弥陀佛接引我的孩子到极乐世界去,愿我的孩子能舍离胎狱之苦,求生极乐世界。孩子,我相信,你一定能去极乐世界的。」
这一天,做完早课后,我开始和孩子沟通。
我说:「孩子,是妈妈对不起你,因为我的疏忽,有了你,可又不能给你带到这个世界上来。想到这里妈妈就很自责、很痛苦。」这时,我的眼泪顺着面颊流了下来,我边哭边说:「宝宝,这个世界太苦了,六道轮回太苦了,你即使来了也就这么短短几十年,就像做梦一样,转眼就过去了,真的没有意思,你就念佛去极乐世界吧,那里才是咱们真正的家。只有阿弥陀佛才能救度咱们这样的苦难众生出离苦海啊,孩子你先去,等妈妈寿命到了,妈妈也去,到那时咱们就永远的在一起了,那里人是无量寿的,不会死的;那里的世界是无比的美好,妈妈不会骗你的!要不然你先去看看,不好再回来。妈妈是真心地希望你能去极乐世界,只有到了那里,才能彻底地出离六道轮回的苦海。」
就这样,每天我不定时地都以这样相同的内容和孩子沟通,然后就开始念佛回向给肚子里的胎儿宝宝。
2月6日,老公催我去医院打胎,他担心胎儿长大,再做流产困难大,母亲要多受罪。
我问宝心居士:「胎儿怎么还是没离开呀?怎么办呐?」
他说我们不给孩子时间,想法不近人情,只顾大人自己,没从孩子的角度考虑。站在孩子的角度来看,去或留是天大的事,做出这个决定并不容易,需要时间。况且已经得入人胎,机会实属不易,做出终止受胎、舍弃做人机会的决定,对他来说尤其是难。所以,应该给孩子时间,给一个时限。
经这么一说,仔细想想还真是这个理儿,很后悔没从孩子的角度换位思考。我决定听从他的说法。
2月7日,早课完以后,我又和孩子沟通了一会,希望他在13日(周一)之前离开,最好是选定在12日,因为周一我就要去医院了,实在不好再拖了。
说真的,尽管每天我都和他沟通,劝他念佛,求生极乐世界,但是心里一直没底,到底能不能去,我也说不准,总是半信半疑的。心想,我尽力做,他能不能去,就看缘分了。转念又一想,只要相信佛,全身心地靠倒阿弥陀佛,孩子一定能去的。就在这种矛盾交替的焦虑中,我日日念佛祈求。
2月12日中午13点30分左右,上厕所时流血了,感觉不对,直觉告诉我:流产了!这是妊娠的第49天。我喜出望外,孩子真的自己离开了!此时祈愿10万声佛号还没念完,是到当日晚上才完成的。
13日早上8点半,老公和我去了医院。妇科的女大夫给我做了检查,检查结果死胎。这位女大夫也信佛,我就和她说了前面的整个过程,她说:「孩子真的走了,现在已经是死胎了,得给胎儿拿出来,子宫也得再清理一下。」
从医院回来,我第一件事就是要把这个好消息告诉宝心居士!
他在电话那边听了,跟我一样非常高兴,说:「太好啦!真为你高兴!感恩阿弥陀佛!也要感谢这个通情达理的胎儿!」
是啊,感恩阿弥陀佛大慈大悲的救度。我这个有善根、有智慧、有勇气、有福气的胎儿宝宝,我们今后将在极乐世界永相伴……
魏淑芸记录黄宝新整理
摘录自 :
念佛感应录(七)