Kisah
Melafal Amituofo Sembuh dari Penyakit 22
Kekuatan
Buddha Tanpa Batas
Tahun
ini (2003) saya baru berusia 21 tahun, dua tahun yang silam karena pengaruh
ibunda, saya mulai melafal Amituofo. Saat permulaan saya tampak bersemangat,
namun lama kelamaan saya mulai malas, dalam hatiku memang tidak punya tujuan
dan keyakinan hati yang teguh.
Permulaan
Bulan Mei 2001, saya baru saja menekuni karirku, hubunganku dengan pimpinan dan
rekan-rekan kerjaku berjalan sangat mulus dan kompak, alangkah bahagianya.
Namun
siapa yang bakal menduga bintang sial diam-diam mendekatiku. Sahabatku
(menstruasi) yang selalu datang tepat waktu, kini mulai suka terlambat, kadang
kala sampai berhenti lebih dari 50 hari lamanya.
Tanggal
23 Mei, sebagai staf medis bagian USG B-Scan, saya melakukan diagnosis pada
diri sendiri : “Hasil scan menunjukkan di sisi kiri rahim tumbuh benjolan
berukuran 4,2 x4.8 cm”.
Penyakit
begini sudah umum saya lihat, satu-satunya solusi adalah operasi. Dua hari
kemudian, saya pergi ke Rumah Sakit besar mencari dokter senior untuk
mendiagnosis se-kali lagi guna memastikan penyakitku.
Alhasil
benjolan itu kayak balon tiup saja, sekarang jadi lebih besar lagi ukurannya,
sudah mencapai 5,4x5 cm. Makanya dokter senior menyarankan padaku : “Menurut
kecepatan pertumbuhan benjolan tersebut, lagi pula jenisnya adalah murni kista,
sebaiknya cepat dioperasi saja”.
Menurut
hasil diagnosis, pembedahan memang tak terhindarkan lagi, tetapi masalahnya
keuangan keluargaku cuma pas-pasan saja, ke mana cari uang buat operasi?
Tetapi
penyakit ini tiap hari menyiksa diriku, dalam kondisi tak berdaya, ibunda
mendadak terpikir, cepat memohon pada Buddha dan Bodhisattva yang Maha Maitri
Maha Karuna!
Waktu
itu saya hanya bisa tersenyum getir, dalam hatiku berpikir benjolan yang begitu
besar, bagaimana mungkin Buddha dan Bodhisattva bisa mengeluarkannya dari
tubuhku?
Meskipun
di dunia ini ada keajaiban, bagaimana mungkin akan terjadi pada diriku? Namun
kejadiannya sudah sampai tahapan begini, hanya bisa pasrah.
Maka
itu saya menerima ajakan ibunda sembahyang ke Vihara memohon pada “Tiga Suciwan
Alam Sukhavati”, bahkan membawa sebungkus daun teh memohon Buddha dan
Bodhisattva menganugerahkan obat.
Sambil
bernamaskara pada Buddha, pikiranku sibuk memikirkan kalau akhir pekan ini saya
akan menjalani rawat inap di Rumah Sakit dan dioperasi.
Hari
demi hari berlalu, tiap hari dengan hati yang gelisah saya meneguk teh yang
diseduh dari daun teh yang sudah diberkati, sementara itu ibunda tanpa henti melafal
“Amituofo”.
Tanggal
3 Juni pagi hari, ibunda membawaku ke Rumah Sakit besar guna menjalani
pemeriksaan ulang B-Scan, terbaring di atas ranjang pasien, hatiku sudah hampir
mati rasa.
“Sebenarnya
hari ini kamu datang hendak periksa apa sih?” tanya dokter.
“Duh....apa
anda tidak melihat di sisi rahim terdapat benjolan yang begitu besar?” jawabku.
“Kamu
ini bicara sembarangan saja! Laporan menunjukkan kondisi rahim normal, mana ada
benjolan? Sudahlah, cepat bangun”.
Ucapan
dokter membuatku kebingungan sekaligus lega. Guna memastikan hal ini, saya
menuju ke bagian Ginekologi, sambil membawa dua hasil laporan terdahulu guna
diperlihatkan kepada dokter.
Dokter
berkata : “Saya sudah berpengalaman bertahun-tahun menangani kasus benjolan
begini, sedangkan katamu dalam waktu setengah bulan benjolan tersebut bisa
lenyap dengan sendirinya, rasanya mustahil dan tidak masuk akal”.
Ketika
saya ingin menjelaskan lebih lanjut, dokter sudah keburu meladeni pasien
lainnya. Saat itu rasanya seperti sedang bermimpi, pikiranku dipenuhi perkataan
dokter : “Mana ada benjolan?”
Setelah
mengetahui hal ini, ibunda langsung menyimpulkan ini adalah mukjizat dari
Buddha dan Bodhisattva!
Namun
saya tetap saja ragu, lalu pergi ke Rumah Sakit Tentara Angkatan Darat, guna
mencari mantan guruku sewaktu saya duduk di bangku sekolah kesehatan, hasilnya
sama, kondisi rahim normal.
Kali
ini saya benar-benar yakin akan perlindungan dari Buddha dan Bodhisattva,
menciptakan keajaiban pada fisik manusia. Kali ini saya mengalaminya secara
langsung, sehingga saya meyakini secara mendalam akan Maha Maitri Maha Karuna
Buddha dan Bodhisattva menyelamatkan para makhluk dari penderitaan dan
kesusahan, benar-benar nyata di dunia ini.
(Shi
Yi-zhen)
Disadur
dari ebook berjudul :
《念佛癒病》(一)
二三、佛力無邊 治病救人
我今年(二○○三年)二十一歲,前兩年由於受母親的影響,開始念佛。起初只是一時的新鮮,心中並無明確的目標和堅定的信念。
二○○一年五月初,剛進入工作單位不久,與領導、同事之間關係相當融洽,正慶幸有福的時候,誰知厄運在悄悄出現。一向準時的「例假」(月經)與我捉起了迷藏,停五十多天。五月二十三日,身為B超醫生的我,不得不給自己進行了一次體檢:「片子顯示在左側長出了一個混合性腫塊,大小是4.2乘4.8釐米。」
這種病我見得多了,唯一能夠解決的辦法就是開刀。過了兩天,我抱著一絲僥倖的希望去了大醫院請老醫師複查,結果那個腫塊像吹氣球似地又長大了,已達5.4乘5釐米,並且是實質性的。老醫生對我說明:「根據生長速度,並非單純性囊腫,最好儘快手術。」
面對診斷,這手術是非動不可了,但是動一次手術,我家經濟有困難。病魔天天折磨著我,百般無奈之中,母親突然想到,趕快求助大慈大悲的佛菩薩吧!當時我只能苦笑,心想這麼大的腫塊,佛菩薩怎麼幫我去掉呢?
就算世上真有奇蹟,又怎麼會發生在我身上呢?但是事到這地步,也只有聽天由命了,所以跟著母親爬上了龍潭坑小寺廟的西方三聖殿求佛菩薩,並帶去一包茶葉求佛菩薩施藥,我一邊拜佛,一邊心裡想著等週末到醫院住院動手術。時間一天天的過去,我天天憂心忡忡地喝著那包茶葉水,母親口中不停地念著「阿彌陀佛」。六月三日上午,母親陪我去大醫院做B超複查,躺在檢查床上,我的心已近乎麻木。
「你今天到底檢查什麼病?」醫生問道。
「什麼,子宮旁這麼大的腫塊你沒發現嗎?」我急著說道。
「你亂瞎扯什麼呀!子宮附件正常,哪裡有什麼腫塊?好了,你可以起來了。」
醫生的話猶如晴天一個響雷,把我頭都搞昏了。我不相信,到婦科向醫生講述了這個腫塊發生的整個過程,並且給他看了五月二十三日和二十五日拍的兩張片子,沒料醫生卻說:「我坐診這麼多年,附件腫塊見得多了,能夠在半個月內迅速長起來又消失掉,而且是實質性的,這是不可能的。你肯定搞錯了吧!」我還想解釋什麼,可醫生已接待其他病人去了。當時我覺得像在做夢一樣,滿腦子都是醫生的話:「哪有什麼腫塊?」
母親知道後,直說這真是佛菩薩顯靈!我仍然不信,又去了陸軍醫院找我衛校時的老師檢查,結果一樣,子宮附件完全正常。這回我徹底地相信了這全是佛菩薩的保佑,創造了人體上的一個奇蹟。這次親身經歷,讓我深信大慈大悲、救苦救難的佛菩薩的確在世間存在。他們不但存在,而且一直在不求回報地救度世間苦難眾生。
(史一真)
摘錄自 :
《念佛癒病》(一)