Kisah Nyata Penyelamatan Buddha
Amitabha
44.
Terbaring Selama Sepuluh Tahun
Saya
bernama Liang Yan, tinggal di Kota Xiantao, Provinsi Hubei. Putraku bernama
Shuai-shuai, lahir pada 11 Februari 1992, saat usianya 10 tahun (Tahun 2002)
mendadak divonis penyakit kritis yang langka dan belum ada obatnya, yakni “Leukodistrofi adrenal”.
Gejala
awalnya adalah penglihatan tiba-tiba kabur, kemampuan pendengaran juga menurun;
kemudian penyakit berkembang hingga tidak mampu berbicara, tidak dapat
berjalan; akhirnya lumpuh dan terbaring tak berdaya, mirip dengan orang cacat yang
terbaring di tempat tidur selama 10 tahun, sebelum akhirnya wafat pada 11
Desember 2012.
Ketika
baru jatuh sakit, dia bermimpi ada orang yang bilang padanya, sisa hidupnya
cuma tinggal setahun saja. Saat terbangun dia menangis tersedu-sedu. Setelah
mendengarnya hatiku terasa disayat-sayat pisau tajam, sejak itu saya
memutuskan, apa saja akan kukorbankan demi kesembuhan buah hatiku!
Kabarnya
ada seorang tabib sakti di Gunung Jiuhua, saya nekat berangkat sendirian ke
sana, menempuh perjalanan sejauh ribuan li, dari kaki gunung melakukan
namaskara hingga ke puncak Gunung Jiuhua, memohon tabib sakti bersedia
menyembuhkan putraku.
Kemudian
saya juga mendengar bahwa Bodhisattva Avalokitesvara menyelamatkan orang yang
kesusahan dan sangat manjur, saya cepat-cepat melafal namaNya.
Suatu
malam saya bermimpi bersua dengan Bodhisattva Avalokitesvara yang
memberitahukan padaku bahwa penyakit putraku adalah akibat rintangan karma-nya.
Kemudian saya berangkat ke Provinsi Anhui, di sana ada sebuah Vihara yang fokus
melatih metode Tanah Suci, tiap hari saya membangkitkan ketulusan melafal
Amituofo, bernamaskara pada Buddha sebanyak ribuan kali, melimpahkan jasa
kebajikan kepada putraku, semoga kekuatan Buddha memberkati, agar rintangan
karma-nya tereliminasi, kesehatannya segera pulih seperti sedia kala.
Pada
malam hari sebelum berangkat ke Vihara di Anhui, saya bermimpi bersua dengan
Bodhisattva Avalokitesvara. Saya segera memohon pada Bodhisattva supaya
menyembuhkan buah hatiku, Bodhisattva tidak langsung memberi respon, namun
dengan pandangan welas asih memandang diriku, bertanya kembali padaku : “Apakah
kamu mengira dia adalah anakmu?”, waktu itu saya belum tercerahkan, saya
bersikukuh melekat bahwa dia adalah putraku.
Hingga
tahun 2011, melihat buah hatiku menjalani siksaan di pembaringan, Oma-nya yang
paling menyayangi-nya juga ikut menderita kesakitan di sekujur tubuhnya, namun
tanpa mengeluh setia menjaga dan merawat cucu kesayangannya.
Saya
mulai merenungkan dengan seksama : dia hidup dengan kondisi begini, apa bedanya
dengan mati? Mengapa saya tidak membiarkannya terbebas? Kemudian saya berlutut
di hadapan altar Buddha dan memanjatkan doa : “Buddha Amitabha, kini saya
bersedia melepaskan kemelekatan, menyerahkan putraku kepadaMu, biarlah Buddha
mengatur apa yang terbaik buat kami!”
Kemudian
sekitar 7-8 bulan lamanya saya tidak pergi membesuk putraku. Tanggal 11
Desember 2012, cuaca cerah, kebetulan di Vihara ada kebaktian umum melafal
Amituofo, pada hari baik begini, Buddha Amitabha menjemput putraku terlahir ke
Alam Sukhavati.
Mendengar
berita putraku terlahir ke Alam Sukhavati, para sahabat Dharma berdatangan
melafal Amituofo hingga semalaman. Master Zongzhi memberi wejangan pada putraku
: “Panorama Alam Sukhavati sangat indah sekali, di sana takkan menderita sakit
lagi. Setibanya di Alam Sukhavati, kamu akan memiliki kemampuan gaib, kapan
saja dapat kembali mengunjungi kami di sini.”
Saya juga
berulang kali berpesan padanya : “Shuai-shuai, dengarlah kata Mama, ikutlah
dengan Buddha Amitabha, Buddha Amitabha akan lebih menyayangi-mu melampaui
kasih sayang Oma dan Opa padamu, juga melampaui kasih sayang Papa dan Mama
padamu. Kamu berangkat dulu ke Alam Sukhavati, saat ajal kami tiba, kamu dapat
mengikuti rombongan Buddha Amitabha datang menjemput kami, kita akan berkumpul
kembali di Alam Sukhavati, selamanya takkan terpisah lagi!”
Keesokan paginya
pukul 7 lewat, suara lafalan Amituofo para sahabat Dharma lebih serentak.
Tiba-tiba Bhiksuni Zongzhi mengatakan padaku : “Shuai-shuai pasti sudah
terlahir ke Alam Sukhavati!”
Pukul 9
pagi, kami selesai melakukan pelimpahan jasa, bersiap-siap memperabukan
jenazah, ada seorang sahabat Dharma memberiku dorongan untuk membuka kain
penutup jenazah untuk melihat wajah putraku.
Terus
terang saja saya juga ingin melihatnya, tetapi khawatir wajahnya tidak enak
dipandang, seingatku ketika dia baru menghembuskan napas terakhir, wajahnya
pucat pasi.
Akhirnya
saya memberanikan diri membuka kain penutup jenazah, saya tidak berani percaya
ketika melihat wajah Shuai-shuai yang merah merona dan tersenyum, sekujur
tubuhnya lentur. Saya begitu gembira dan terharu hingga air mata tak
terbendung!
Imlek
hari ke-11 tahun 2013, dini hari, saya bermimpi bersua dengan Shuai-shuai, saya
segera bertanya padanya : “Shuai-shuai, sekarang kamu berada di mana nak?”
Dengan
gembira dia menjawab : “Saya sudah berada di Alam Sukhavati!”
Kemudian
saya terbangun, terpikir akan putraku telah terlahir ke Alam Sukhavati, hatiku
pun terasa lega! Buddha Amitabha sungguh ber-Maitri Karuna!
Oleh : Liang
Yan
儿子病卧十年助念离苦生西
我叫梁艳,现居湖北省仙桃市城区。我儿子帅帅,出生于1992年二月十一,在他十岁(2002年)那年,突然得了一种当今医学上罕见又无法治愈的绝症——肾上腺脑白质营养不良。起初是眼睛视物模糊,听力下降;后来病情恶化到不能言语,不能行走;最后瘫痪在床。他就像植物人一样在床上躺了整整十年,于2012年冬月十一往生。
他刚生病时便做了一个梦,梦中有人告诉他,他只剩下一年的寿命了。梦醒后他吓得大哭。我听说后更是心如刀绞,随即下定决心,不惜一切代价都要救回儿子的生命!
听说九华山上的肉身菩萨很灵验,我独自一人不远千里到九华山,从山脚下一直拜上九华山金顶,祈求大慈大悲的肉身菩萨能把孩子的病治好。后来,我又听人说观音菩萨救苦救难很有神效,就赶紧持白衣大士神咒和观音圣号。
有一次在梦中,观音菩萨告诉我孩子得的是业障病。我便毅然离家来到安徽一个专修念佛的道场,每天虔诚念佛,礼佛千拜,回向给孩子,希望佛力加持,让他业障消除,病体早日康复。
几年前去安徽道场的前一天晚上,我去陪儿子,梦中见到观音菩萨。我马上求菩萨把他的病治好,菩萨没有正面回答我,却很慈祥地看着我,反问我一句话:「你以为他真的是你的儿子吗?」当时我不觉悟,还是坚固地执著儿子。
直到2011年,看到他在病床上受折磨,最疼爱他的奶奶尽管也一身病痛,但还是任劳任怨地照顾他。我开始冷静思考:他这样活着和死有什么区别?我为什么不让他们解脱?于是我跪在大殿佛前说:「阿弥陀佛,我现在愿意放下执著,把孩子交给您安排!」
后来,我有七八个月没去看儿子。2012年冬月十一,阳光明媚,寺院刚好共修念佛,就在这样的好日子,阿弥陀佛把儿子接引到极乐世界去了。
听到儿子往生的消息,莲友们闻讯赶来,通宵为他念佛、开示。特别是宗智法师很应机地诱导他:「极乐世界很漂亮,有很多你喜欢的玩具,有很多你喜欢吃的食物,也永远不会生病了。只要你到了极乐世界,就会有神通,可以像孙悟空一样会飞,随时都可以飞回来看我们。」我也多次喊着他的名字说:「帅帅,听妈妈的话,跟阿弥陀佛走,阿弥陀佛会比爷爷奶奶、爸爸妈妈更疼爱你。你先去,我们都念佛,以后你可以和阿弥陀佛一起来接我们,我们都到极乐世界聚会,永远也不会分开了!」
第二天早晨七点多,大众念佛声更为整齐。这时,坐在我旁边的宗智法师碰了碰我,悄悄地对我说:「你的帅帅绝对往生了!」我问她怎么回事,她说:「现在念佛,回去后再讲。」
九点,我们回向完毕,准备火化遗体,有一位莲友鼓励我掀开盖布看看他的相貌。说实话,我也很想看,但担心他相貌不好看,因为我记得他刚停止呼吸时,脸色煞白,毫无血色。最后,我还是鼓起勇气掀开盖布。我都不敢相信,他的脸色红润,面带微笑,双眼微睁似菩萨眼!用手触摸,发现他浑身柔软。我高兴得热泪盈眶!
回到寺院,莲友们兴冲冲地给师父报喜。宗智法师详细地给我们讲了当时她看到的景象。她闭目念佛时,忽然一道强光照射下来,她的身子都随着歪了一下。这时,只见阿弥陀佛伫立空中,帅帅的神识从眉心部位出来,显现出他十岁的模样。阿弥陀佛赶紧伸出双手把他接到怀里,他马上变成一个小婴孩的模样,还有一块漂亮的荷花布包着;紧接着又迅速合成一个白莲花苞,莲花苞还一闪一闪地放着白光,随佛而去。
宗智法师说,印象最深刻的就是佛的慈悲相和慈爱的眼神!后来据一位莲友说,她也看见很多不可思议的瑞相,特别是去年往生的一位莲友陈雄也坐着莲花来了。
2013年正月十一凌晨,我梦见在一间空旷的房子里,有许多人念佛的声音,房间里放着一张床,帅帅躺在床上。当我来到他的身边,他的眼睛突然睁开了,冲着我微笑,抬起手来轻轻地抚摸着我的脸。
梦中的我特别清醒,赶紧问他:「帅帅,你现在到底在哪里?」
他很高兴地说:「我在极乐世界啊!」
我接着问:「极乐世界好吗?阿弥陀佛对你好吗?那里有好多好吃好玩的,妈妈没骗你吧?」
他开心地连声说:「是啊是啊!这里太好太好了!妈妈你对我太好了!」
随即我就醒了。想起梦境真是百感交集,儿子已经在极乐世界了,现在我真是彻底地安心、彻底地放心了!阿弥陀佛真是太慈悲了!
梁艳
摘录自 :
念佛感应录(七)