Kisah Nyata Penyelamatan Buddha
Amitabha
28.
Terhindar dari Ular Berbisa
Saya
dan kakak kedua-ku tinggal di sebuah apartemen lima lantai, kami tinggal di
lantai empat, masing-masing menempati satu unit.
Suatu
hari kakak kedua mengatakan padaku, sudah beberapa hari berturut-turut dia
bermimpi ada ular di kamarnya, kadang kala lewat di hadapannya, kadang kala
menggigit tangannya, bahkan kadang kala ada tiga ekor ular yang muncul
bersamaan. Saya pikir ini cuma mimpi, lalu bilang padanya, ini cuma mimpi,
jangan pikir terlampau banyak, dalam waktu keseharian perbanyak melafal
Amituofo.
Tanggal
30 September 2006, sekitar pukul 9 pagi, saya masih tidur, sebuah teriakan
histeris membangunkan diriku dari mimpi, saya segera berlari keluar, tampak
kakak kedua wajahnya pucat pasi, berteriak tanpa henti : “Ada ular! Ada ular!”
Saya
menundukkan kepala dan melihat di depan pintu masuk kamar mandi, ada seekor
ular berwarna belang hitam putih, bentuk kepalanya segitiga, dalam hatiku
berpikir, ini pasti ular berbisa, cuma tidak tahu nama spesies-nya, tetapi
tidak berani bilang ke kakak kedua, karena dia sedang dilanda kepanikan dan
ketakutan ekstrim.
Saya
berjongkok di samping ular tersebut, melihatnya menengadahkan kepala
tinggi-tinggi, mengetahui bahwa dia sedang menebarkan ancaman (sesungguhnya
nyaliku juga kecut, hatiku juga merasa sangat takut, sejak tadi otakku bekerja
keras, apa yang harus dilakukan supaya selain tidak melukainya juga tidak
melukaiku).
Saya
bilang ke kakak kedua, tenangkan hati, pergilah ambil kantong plastik, saya bermaksud menaruh ular tersebut ke dalam
kantong plastik, lalu membawanya ke tempat sepi dan melepaskannya ke alam
bebas.
Saat
itu, saya dan kakak kedua menghadap ke arahnya sambil melafal Amituofo, hingga
lafalan ketiga, si ular perlahan-lahan mulai menurunkan kepalanya, bahkan
terasa sangat jinak, serupa dengan anjing kecil yang menundukkan kepalanya di
lantai, saya sempat tertegun melihat fenomena ini.
Selanjutnya,
dibawah iringan suara lafalan Amituofo yang berkesinambungan, saya pelan-pelan
meletakkan kain handuk ke badan si ular, masih tetap melafal Amituofo dan
menarik nafas dalam-dalam, dengan lembut saya menggendongnya, lalu
memasukkannya ke dalam kantong plastik.
Catatan
penerjemah :
Tindakan ini dinilai terlampau beresiko, sebaiknya menghubungi pihak
pemadam kebakaran yang lebih ahli dalam mengevakuasi ular.
Akhirnya
ancaman bahaya berhasil diatasi. Ular yang jadi jinak setelah mendengar lafalan
Amituofo, fenomena ini masih terukir dalam ingatanku, sehingga membuatku
terharu.
Sore
harinya, kakak kedua pulang, ketakutannya masih belum hilang, lalu menceritakan
padaku sebuah kejadian : Ular tersebut harusnya tidur bersamanya semalaman.
Oleh karena kakak
kedua menderita Astigmatisma (gangguan penglihatan) 300 derajat, dalam waktu keseharian malas
pakai kacamata, makanya ular dianggap sebagai karet pengikat rambut. Malam hari
melihatnya berada di sisi tempat tidur juga tidak dihiraukannya, esok harinya
bangun tidur, ular itu sudah merayap ke bawah tempat tidur, hingga kakak kedua
bangun dan berjongkok mencari “karet pengikat rambut”, barulah menemukan
ternyata bukanlah karet pengikat rambut, tetapi adalah seekor ular.
Kemudian kakak kedua baru mengetahui bahwa ular itu
adalah jenis ular belang taiwan atau Bungarus multicinctus, yang sangat berbisa, dia terus menerus bersyukur mengatakan Buddha
Amitabha telah menyelamatkan dirinya.
Saya katakan padanya, kita mengerahkan segenap hati guna melafal
Amituofo, baik berjalan, berdiri, duduk maupun berbaring, Buddha Amitabha
senantiasa melindungi kita, ini merupakan hal yang wajar.
Andaikata dalam kehidupanku tidak mengenal Buddha Amitabha, mungkin
akhir dari kejadian ini tidaklah sama. Jika tidak mengenal Buddha Amitabha,
maka niat pikiran pertama yang muncul adalah membunuh ular tersebut, dan kepala
ular yang diangkat tinggi-tinggi sebagai ancaman, mungkin akan berubah menjadi
serangan berbisa. Saya dan kakak kedua mungkin takkan berada dalam kondisi
selamat.
Jika tidak mengenal Buddha Amitabha, maka saya takkan bernyali
berjongkok di hadapan ular tersebut sambil melafal Amituofo. Beragam fenomena
yang tak terbayangkan muncul bersamaan, pasti merupakan pemberkatan Buddha
Amitabha melindungi ular kecil yang berjodoh tersebut, sekaligus melindungi
diriku dan kakak kedua.
Dicatat oleh : Jingling
Tanggal : 3 Oktober 2006
三声佛号 毒蛇驯服
我和二姐佛文在象山弥陀村附近租楼同住(是一栋五层楼的公寓,我们住第四层,各住一个房间)。有一天,二姐对我说,她连续几天都梦见她房间有蛇,有时从她眼前过,有时还咬到她的手,有时甚至有三条蛇一同出现。我想毕竟只是做梦,就跟她说,这只是做梦,别想那么多,平时多念佛就可以了。
2006年9月30日,上午9点左右,我还在睡觉,一声惨叫把我从梦中惊醒,我立刻爬起来,匆忙跑出房门,就看到二姐脸色惨白,并一直惊恐地大喊着:「有蛇!有蛇!」我低头一看,浴室门口正卧着一条全身黑白相间的蛇,它的头是三角形的,我心想,应该是毒蛇,只是不知道它的名字,但不敢和二姐说,因为她正处在极度的恐惧中,不能让她再受惊吓了。
我蹲在它的旁边,看到它的头高高抬起,知道这是警告状态(其实我心里也很怕,一直想着要如何处理才不会伤到它,也不会伤到我)。二姐还在恐惧中,我就叫她定下心神来,去拿塑料袋过来,准备把它装到塑料袋中,然后送去放生。此时,我就对着它称念南无阿弥陀佛,念到第三声(二姐此时也和我一起念佛),它的头就慢慢地放在地上,而且感觉非常温顺,就像小狗把头靠在主人身边的那种安心感,这种情景让我感到很惊讶。接着,在持续念佛中,我把旁边的毛巾布轻轻地放到它的身上,依旧念着佛号,深呼吸,然后缓缓把它包起来,再装进塑料袋中。
危机终于解除了。那条蛇听闻佛号后很温顺的那一幕,依然清晰地印在我脑中,让我很感动。
下午,二姐回来,还处在惊吓中,然后告诉我一件事情:这条蛇应该和她共枕了一晚。因为二姐眼睛散光三百度,平日不喜欢戴眼镜,所以把蛇当作绑头发的橡皮筋,晚上睡觉时看到它在床旁边没理它,第二天醒来,又跑到床底下,直到她早上起来蹲下身要找她所谓的「橡皮筋」时才发现,原来那不是她的橡皮筋,而是一条小蛇。
后来,二姐知道了那是一条毒性极强的「雨伞节」,一直说着是阿弥陀佛保护了她。我就跟她说,我们一心念佛,无论行住坐卧,阿弥陀佛都护佑着我们,那是自然的事情。
如果我的生命中没有阿弥陀佛,我想这件事情的结局会大不一样。
如果没有阿弥陀佛,我的第一个念头应该是把它打死吧,而它抬头的警告极有可能变成攻击,我和二姐或许现在就不一定能如此平安了。
如果没有阿弥陀佛,我就不会下意识地蹲在它的身边称念名号。能有那么不可思议的现象,一定是弥陀的名号护佑那条有缘的小蛇,也是护佑着我和二姐。
2006年10月3日 净凌记
摘录自 :
念佛感应录(五)