Kisah Nyata Penyelamatan Buddha Amitabha
03. Nyawa Manusia Terletak Pada Sehela Napas
“Nyawa manusia terletak pada sehela napas”, bagiku hal ini tidaklah
semu, oleh karena menderita Infark miokard (penyumbatan aliran darah ke
otot jantung), selama kurun waktu tiga tahun ini sudah terjadi dua kali
serangan jantung.
Usai itu
saya merenungkan dengan mendalam, penderitaan yang saya alami ini bukankah sama
dengan penderitaan yang dialami babi ketika saya membantu orang lain
menyembelih babi?
Tahun
1993, waktu itu Perwakilan dari Kota Puxin, yakni Tuan Zhang Jing-wen, meminta
bantuanku mendorong mobil, padahal waktu itu saya sedang sakit flu, kondisi
tubuhku lagi tidak fit, ketika mendorong mobil dengan sekuat tenaga, jantungku
terasa sakit lalu jatuh pingsan.
Menurut
Tuan Zhang, pada momen itu, saya telah memasuki kondisi syok (Syok adalah
keadaan tidak cukupnya aliran darah yang membawa oksigen pada tubuh akibat
kondisi lain seperti serangan jantung), apabila
tidak segera mendapatkan pertolongan medis, pasti menemui ajal.
Waktu itu
meskipun dari luar tampaknya saya seperti sudah mati, tetapi kesadaran saya
masih ada, masih dapat merasakan kesakitan, Angina (nyeri dada
yang disebabkan oleh berkurangnya aliran darah ke jantung) ditambah berpisahnya empat unsur (tanah,
air, api, angin), rasanya serupa dengan yang dikatakan Sang Buddha sebagai
“Kura-kura hidup yang dilepaskan dari cangkangnya), sekujur tubuh merasakan
kesakitan luar biasa, maka itu di sini menasehati praktisi sekalian setiap saat
harus melafal Amituofo, barulah saat menjelang ajal takkan kehilangan pikiran
benar (pikiran yang melafal Amituofo).
Ketika Tuan Zhang mengantar saya ke
rumahnya sambil menunggu kedatangan mobil ambulans, suara teriakannya memanggil
anggota keluarganya, dapat saya dengar dengan jelas. Oleh karena sebelum
kejadian ini, saya pernah berpesan pada mereka supaya melafal Amituofo, makanya
Nyonya Zhang dan Ibunda-nya juga datang membantuku melafal Amituofo.
Hal yang mengherankan terjadi pada momen
ini, lafalan demi lafalan Amituofo yang mereka lafalkan, memunculkan gelombang
cahaya di angkasa, saya segera merasa nyaman dan tidak menderita lagi.
Saya mengamati ternyata setiap insan yang
melafal Amituofo, intensitas dan durasi cahaya tiap praktisi itu berbeda-beda.
Nyonya Zhang mungkin karena disiplin melaksanakan kebaktian pagi dan sore, cahayanya
lebih terang dan berlangsung lama.
Setelah mendengar mereka melafal Amituofo,
saya jadi teringat dan mengikuti mereka melafal Amituofo, barulah saya
menyadari ternyata diri sendiri melafal Amiituofo, cahayanya adalah yang paling
terang dan paling bertahan lama. Seperti yang tercantum di dalam “Ksitigarbha
Sutra”, orang lain membantu kita menimbun jasa kebajikan, dari 7 bagian, kita
hanya bisa memperoleh 1 bagian saja, hal ini nyata adanya.
Saat jiwa ragaku tersiksa, syukurlah ada
mereka melakukan Zhunian (kegiatan membantu melafal Amituofo buat pasien atau
orang yang menjelang ajal), menuntun diriku ikut melafal Amituofo, sehingga
saya tidak jatuh ke dalam jurang siksaan dan kepanikan.
Ketika mobil ambulans membawa diriku ke
Rumah Sakit Jantung, oleh karena kondisiku sudah sekarat, Rumah Sakit tidak
berani menerimaku, lalu dialihkan ke Rumah Sakit Wulun (sekarang adalah Rumah
Sakit Yuan Rung, Taiwan), dokter yang melihat kondisiku sudah sekarat, hanya
bisa memberitahukan kepada Tuan Zhang : Dibutuhkan tanda tangan dari anggota
keluarga pasien untuk menandatangani surat penyerahan total kepada Rumah Sakit,
barulah dokter berani melakukan pertolongan medis.
Tuan Zhang merasa emosi dan berdebat
dengan pihak Rumah Sakit, oleh karena jika harus menunggu anggota keluargaku
sampai di Rumah Sakit, maka peluang untuk menyelamatkan nyawaku akan semakin
kabur.
Saya bisa mendengar suara percakapan
mereka, dalam hatiku merasa panik, sehingga kelupaan melafal Amituofo, yang mengantarku ke Rumah Sakit cuma Tuan Zhang
seorang diri, tidak ada orang yang membantuku melafal Amituofo, kehilangan
kekuatan pemberkatan Buddha.
Kali ini betul-betul malang, saya
merasakan diri sendiri melayang jatuh ke jurang yang dalam, melaju begitu cepat
ibarat menaiki roller coaster, semakin jatuh ke bawah, sepertinya tiba di Neraka es
yang membeku.
Semakin menuju ke arah bawah semakin gelap
dan makin dingin, sekujur tubuh ibarat dipotong puluhan ribu pisau.
Yang perlu disyukuri adalah dalam waktu
keseharian saya ada melafal Amituofo, dalam detik-detik yang menegangkan benih
ini jadi efektif, dalam siksaan yang luar biasa, saya menjerit keluar sepatah
“Namo Amituofo!”. (Orang-orang di Rumah Sakit tercengang mendengar suara
teriakanku).
Yang menakjubkan adalah pada detik
tersebut di hadapanku muncul seberkas bulatan cahaya, saya semakin bersemangat
melafal Amituofo, bulatan cahaya itu semakin melebar dan semakin cemerlang.
Kondisiku jadi nyaman dan lega, sepasang
mataku perlahan terbuka, saya pun siuman. Semua orang melotot melihat ke
arahku, masih tidak tahu bahwa saya baru saja pulang berkeliling dari gerbang
kematian!
Oleh : Zhang Xi-ren
Bertempat di : Kabupaten Changhua, Taiwan
念佛救命
放射光明
「人命無常呼吸間」對我來說一點都不假,因為罹患心肌梗塞,三年來已發作了二次。事後仔細回想,我身受的痛苦不正是我幫忙家裡殺豬時豬所受的痛苦一樣嗎?
民國八十二(一九九三)年,由於當時擔任埔心鎮代表的張金文先生找我幫忙推車,原本我已感冒,體力不佳,在使勁推車之後,我的心臟絞痛而倒了下去。據張代表事後告訴我,當時我已呈休克狀態,若沒立刻急救,就已推定為死亡。那時我外表雖然死了,但心識的感覺卻仍然存在,心絞痛再加上四大分離,感覺就如同佛說的「生龜脫殼」渾身痛苦,所以在此奉勸大家要時刻念佛,臨終才能不失正念。
當張代表將我載到他家等待救護車時,他喊家人的叫聲和他們之間的對話我也聽得清清楚楚。由於我曾預先交代他們念佛,因此張太太和他母親都來幫我念佛。
奇妙的事在此刻發生了,他們所念的一句句佛號,竟然在虛空中出現一波波的光明,而我人也立刻覺得輕鬆起來不再痛苦。我又注意到每一個人念佛所產生的光明在亮度和時間都不一樣,其中可能是張太太平時有做早晚課的緣故,較為明亮、持久。在他們引導下使我憶起念佛,我才發現自己念佛的光明特別亮,也最久;《地藏經》說別人幫我們做的功德七分只得一分,真是一點也沒錯。
在身心交迫的當時,幸虧能有他們助念的光明和引導正念念佛,使我不致於痛苦、慌亂。當救護車送我到詹心臟醫院時,因病情嚴重醫院不敢收留,再轉送到伍倫綜合醫院時醫師見我已回天乏術,告訴陪我來的張代表說:需要有直系親屬簽切結書,院方才願意施救。張代表聽了之後很氣憤的和醫師理論,意思是等家屬來的話,救活的機會就更渺茫了。
此刻我聽他們的對話,心急之下忘了專心念佛,送我來醫院的又只有張代表一人,沒人幫忙念佛,失去了佛力加被。這下可慘了,我立刻感覺到自己一直往深處墮落下去,速度之快就像坐雲霄飛車,一直墮落,好像到了寒冰地獄。越到下面是越黑越冷,全身上下猶如萬刀割身,佛經上曾說「風刀解體」應該是形容我那時的感受吧!
慶幸的是我平時念佛的種子,在千鈞一髮時起了作用,萬分痛苦之下,現前一念,哀喊出一句「阿彌陀佛啊!」(事後我這一聲大叫的佛號,醫院的人都聽到了)不可思議的是,在此刻我眼前立刻出現了一個小光點,再緊跟著念「南無阿彌陀佛」時,光點馬上放射擴大到整個前面。人輕鬆了,眼睛張開,我也醒了過來。大夥睜大眼睛看著我,還不曉得我已從鬼門關前走一圈,死裏逃生呢!(節錄自《回歸蓮花的故鄉》、彰化縣員林鎮中山路一段六五號 張錫仁)
摘錄自 :
《念佛感應錄》第一集