Kisah Nyata Penyelamatan Buddha
Amitabha
42. “42”
Adalah Sepucuk Surat dari Buddha Amitabha
Di Vihara kami di Taiyuan, Provinsi Shanxi terdapat
seorang sahabat Dharma bermarga Zong, usia 70 tahun, sudah dua tahun lamanya
dia melafal Amituofo.
Upasaka Zong memiliki tiga orang putri, putri
bungsunya adalah seorang tuna-grahita (penderita keterbelakangan mental), juga
tuna-aksara (buta aksara), apapun tidak bisa. Tidak menikah dan tinggal bersama
Ayahbunda-nya.
Bulan Mei tahun ini, putri bungsunya meminta satu unit
mesin pemutar lafalan Amituofo kepada Upasaka Zong, sambil menunjuk ke arah
mesin pemutar lafalan Amituofo sambil memaksakan diri melafal keluar sepatah A-MI-TUO-FO.
Kemudian Upasaka Zong menyerahkan mesin pemutar lafalan
Amituofo kepada putri bungsu-nya, sejak itu si bungsu rajin menempelkan mesin
pemutar lafalan Amituofo ke telinga-nya, begitu serius mendengarkan lafalan Amituofo
dengan seksama.
Sebulan kemudian, Upasaka Zong menjalani operasi batu
empedu di Rumah Sakit, otomatis satu-satunya mesin pemutar lafalan Amituofo
tersebut juga ikut dipindahkan ke Rumah Sakit.
Si bungsu terus ribut pada Mama-nya, dia ingin
mendengar suara mesin pemutar lafalan Amituofo, Upasaka Zong hanya bisa
menyuruh istri-nya membawa pulang mesin pemutar lafalan Amituofo buat si
bungsu, barulah si bungsu diam dan kembali serius mendengarkan suara mesin pemutar
lafalan Amituofo.
Kemudian melewati sebulan lagi, si bungsu mendadak
meninggal dunia. Ketika keluarganya sedang membereskan barang-barang
peninggalannya, mereka menemukan di lacinya ada banyak isi pena yang tinta-nya
sudah kosong dan setumpuk kertas tebal.
Keluarganya merasa heran, lalu memeriksa kertas-kertas
tersebut, ternyata setiap lembar kertas penuh dengan tulisan angka “42”. Si
bungsu meninggal dunia ketika genap berusia 42 tahun.
Ketika saya mendengar kisah ini, tanpa sadar terharu
hingga meneteskan air mata. Mengapa dua bulan sebelum wafat, putri bungsu
tiba-tiba meminta mesin pemutar lafalan Amituofo kepada Ayahbunda-nya, bahkan terus
menerus mendengarkan dengan begitu seriusnya?
Dia adalah tuna-grahita sekaligus juga adalah
tuna-aksara, tidak tahu urusan hitung menghitung, juga tidak tahu berapa
usianya, mengapa tiap hari mengurung diri di dalam kamarnya, diam-diam menulis
begitu banyak angka “42”? Alasannya cuma satu : dia telah terlahir ke Alam
Sukhavati dengan bebas tanpa rintangan, bahkan mengetahui terlebih dulu
waktunya terlahir ke Alam Sukhavati.
“42” melalui angka ini, Buddha Amitabha memberitahukan
pada si bungsu, saat dia genap berusia 42 tahun, Buddha Amitabha akan menjemputnya
terlahir ke Tanah Suci Sukhavati.
Maka itu lembaran-lembaran kertas bertuliskan angka “42”
tampaknya ditulis oleh si bungsu, padahal sesungguhnya itu adalah surat yang
dikirim Buddha Amitabha kepada dirinya.
Upasaka Zong dan istrinya telah berusia 70 tahun,
andaikata putri bungsunya tidak mendahului mereka, bagaimana kelak dia dapat
menjaga dan merawat dirinya sendiri? Berapa lama lagi sisa waktu bagi
Ayahbunda-nya masih dapat menemaninya? Ketika Ayahbunda-nya wafat, bagaimana
nasib si bungsu?
Namun karena Upasaka Zong mengerahkan segenap hati
melafal Amituofo, Buddha Amitabha pasti memberkatinya sekeluarga, sehingga
putri bungsu-nya yang tuna-grahita terlebih dulu dijemput Buddha Amitabha ke
NegeriNya, bahkan si bungsu terlebih dulu mengetahui waktunya terlahir ke Alam
Sukhavati, meninggal dunia dengan damai, sungguh membuat orang lain ikut
bersukacita dan sekaligus terharu.
“42” adalah surat yang ditulis Buddha Amitabha kepada
si bungsu, sekaligus juga ditujukan kepada kita semuanya, yang menyatakan bahwa
kekuatan Buddha Amitabha adalah sungguh tak terbayangkan, penyelamatan Buddha
Amitabha adalah tanpa syarat.
Bahkan seorang tuna-grahita sekalipun juga mampu
mengetahui terlebih dulu waktunya terlahir ke Alam Sukhavati, melangkah pergi
dengan begitu elegannya, apalagi orang lain?
Disampaikan secara lisan oleh : Upasaka Foming
Dicatat oleh : Foli
「42」——阿弥陀佛写给她的信
我们山西太原桃南念佛组有一位姓宗的居士,今年七十岁,念佛两年多了。宗居士有三个女儿,三女儿是个傻子,一字不识,什么也不懂。她一辈子没有结婚,和父母一起生活。
今年5月份,宗居士的三女儿老是向他要念佛机,并指着念佛机很吃力地说「阿弥陀佛」,于是他就把念佛机给了三女儿。从那之后,三女儿就一直把念佛机贴在耳朵上,认真地听着。
过了一个月,宗居士去医院做胆结石手术,把念佛机带走了。三女儿缠着妈妈,还要听念佛机,宗居士便让老伴把念佛机又还给了三女儿,她便继续每天静静地听着。
又过了一个月,三女儿突然去世了。在为她整理遗物时,家人发现她的抽屉里有很多支空笔芯,还有厚厚的一叠纸。家人疑惑地拿起那叠纸,发现每张纸上都密密麻麻地写满了同一个阿拉伯数字「42」——三女儿去世时刚好42岁。
当我听到这个故事后,不禁感动得流下了眼泪。三女儿为什么在去世的前两个月突然向父母要念佛机,并一直认真地听着?她是个傻子,一字不识,不会数数,更不知道自己今年究竟多大年纪,为什么会每天关在房间里,偷偷地写下那么多的「42」?原因只有一个:她已顺利往生,并且预知时至。
「42」——通过这个数字,阿弥陀佛明明白白地告诉三女儿,她将在42岁的时候往生极乐。所以这些纸表面上看是三女儿写的,但其实是阿弥陀佛写给她的信。
宗居士夫妇已经七十岁了,即使三女儿没有去世,一直活着,他俩又能再照顾她多久呢?当他俩去世后,三女儿又该怎么办呢?可是由于宗居士一心念佛,佛恩自然惠及全家,使得呆傻的三女儿提前往生极乐,并且预知时至,走得那么好,这实在令人太欢喜,太感动了。
所以,阿弥陀佛写给三女儿的信也是写给我们大家的信。「42」——通过这个数字,阿弥陀佛明明白白地告诉我们:阿弥陀佛的佛力确实不可思议,阿弥陀佛的救度没有任何条件。连一个傻子都能预知时至,轻松往生,更何况其他人呢?
佛明居士述笑笑佛力记
摘录自 :
念佛感应录(七)