Kisah
Melafal Amituofo Sembuh dari Penyakit 15
Obat
Bukanlah Penyembuh Satu-satunya
Sekitar
50 tahun yang silam, ada seorang Oma oleh karena menderita sakit perut lalu
memeriksakan diri ke Rumah Sakit, dokter memvonisnya menderita Kanker Lambung
stadium akhir.
Waktu
itu ilmu kedokteran belum maju, maka itu dokter berdiskusi dengannya : “Hidup
anda tidak lama lagi, kira-kira 2 minggu lagi sudah meninggal dunia, jika anda
setuju, setelah wafat nanti, bagaimana kalau jasad anda dipergunakan untuk eksperimen
demi kemajuan dunia kedokteran. Dengan demikian biaya perawatan anda selama
menjalani rawat inap akan ditanggung sepenuhnya oleh pihak Rumah Sakit, bahkan
anda juga boleh memilih tinggal di kamar pasien VIP dan mendapat perawatan
istimewa, apakah anda menyetujuinya?”
Oma
berkata : “Baiklah, saya ini memang berasal dari keluarga kurang mampu, tidak
punya uang untuk menjalani rawat inap di Rumah Sakit, niat baik kalian akan
saya terima dengan senang hati. Lalu menyerahkan harta warisan satu-satunya
yang berjumlah 30 Yuan diserahkan kepada pihak Rumah Sakit, sebagai sedikit
imbalan.
Setelah
melewati waktu seminggu, sebulan, dua bulan, Oma bukan saja belum meninggal
dunia, bahkan kondisinya makin sehat. Tim dokter mulai menaruh curiga,
mungkinkah tempo hari mereka melakukan kesilapan waktu mendiagnosis pasien?
Kemudian
tim dokter melakukan pemeriksaan ulang sebanyak beberapa kali, tidak salah
lagi, pasien memang mengidap kanker lambung. Selama ini pihak Rumah Sakit juga
tidak memberi pasien resep obat apapun, oleh karena tidak ada obat apapun yang
bisa diberikan, tetapi kenapa kondisi pasien kian hari kian membaik?
Kemudian
mereka mulai mewawancara si pasien, ternyata selama menjalani rawat inap di
Rumah Sakit, Oma membawa sebutir hati yang senantiasa bersyukur, meskipun
usianya sudah begitu renta dan mengidap penyakit mematikan, namun dia masih
sempat menikmati perawatan kelas VIP di Rumah Sakit, makanya dia memandang
setiap dokter yang merawatnya bagaikan Buddha Amitabha, setiap suster bagaikan Bodhisattva
Avalokitesvara, setiap orang yang menjaganya bagaikan Bodhisattva
Mahasthamaprapta, sehingga dalam hatinya senantiasa merasa bersyukur, selalu
merasa bersukacita.
Selain
merasa bersyukur, dia juga senantiasa mengingat dan melafal Amituofo. Oleh
karena alasan inilah sehingga rintangan karmanya terhapus, kondisinya
berangsur-angsur pulih kembali.
Kemudian
para dokter di sana mengatakan : “Kami juga ingin melafal Amituofo”.
Upaya
menyembuhkan penyakit bukan harus mengandalkan perawatan medis saja, obat
hanyalah mengobati gejalanya saja, tetapi niat pikiran barulah merupakan
akarnya.
Sebagus
apapun resep obat yang diberikan, tetapi apabila si pasien tiap hari berkeluh
kesah, merisaukan ini dan itu, hatinya tidak seimbang, tidak pernah puas, maka
penyakitnya takkan bisa sembuh.
Maka
itu dalam waktu keseharian, praktisi sekalian hendaknya relaks dan jangan ada
tekanan batin, membangkitkan perasaan sukacita, hati yang bersyukur, ikhlas
menerima kerugian, jangan berperhitungan, dalam segala hal mengakui kesalahan
diri sendiri, melakukan introspeksi diri, bertobat, dengan demikian barulah
dapat menjauhi segala kerisauan dan penyakit.
(Ceramah
Master Hui Jing tanggal 7 April 2017)
Disadur
dari ebook berjudul :
《念佛癒病》(一)
十六、老太念佛 治癒胃癌
大約五十年前,有一位老太太因為肚子痛,到醫院去作檢查,一檢查,醫生說已經是胃癌末期。當時醫學不進步,醫生跟她商量:你再活沒多久,大概只剩二個星期而已,如果你同意以後將你的身體留下來讓我們做實驗(大體老師),這樣你現在住院都不用錢,還可以住特別病房,有特別的看護,這樣好不好?
老太太說:好啊,我本來就是窮人家,沒有錢住院治療,你們的好意我求之不得。然後將她僅有的財產三十元都交給醫生,想作為補貼。經過了一個禮拜、一個月、二個月,老太太不但沒死,而且氣色越來越好。其他醫生就開始懷疑了:會不會當時檢查錯了?
再經過多次的複查,沒錯,確實是胃癌。醫院也沒有開什麼藥方,因為已經沒有藥方可給,可是為什麼身體卻越來越好呢?
一問之下,原來是老太太在這段期間一直抱著一份慶幸的心、感恩的心,她想說自己年紀這麼大,雖然得到這種病,但是有這麼好的醫療,醫生就像阿彌陀佛,護士就像是觀世音菩薩,看護者就像大勢至菩薩,所以她一直抱著感恩的心、高興的心來接受。之後,她就想佛、念佛。因為這樣,她業障消了,病情也漸漸轉好了。
後來,那裡的醫生也說:我們也想要念佛了。
治病不只要靠醫療,藥是治標,心理才是根本。再怎麼好的藥方,如果這個人終日苦苦惱惱的,心中不平、不滿,這樣病就不可能好得起來了。
所以大家平常就是心情儘量放輕鬆,儘量抱著高興的心、感恩的心,凡事肯吃虧、不計較,凡事都自己認錯、檢討自己、懺悔自己,心中有柔軟的心,這樣煩惱和病都會降伏。
(慧淨法師講 二○一七年四月七日)
摘錄自 :
《念佛癒病》(一)