Kisah
Melafal Amituofo Sembuh dari Penyakit 78
Menolong
Bunda dari Kondisi Kritis
Ibunda
karena menderita Penyakit Depresi, makanya tidak bisa tidur, selama
bertahun-tahun harus menelan pil tidur, kadang kala bukan saja menderita
Insomnia, bahkan mengalami gangguan mental, kehilangan akal sehat.
Pada
tanggal 31 Agustus 2008, malam harinya, Ibunda dikarenakan mengalami over dosis
pil tidur sehingga jadi mengigau. Pada tanggal 2 September, pagi hari, ketika pikirannya sedang
tidak waras, karena sedang kehausan, dia salah tafsir dan meneguk cairan
antiseptik, segera diantar ke Rumah Sakit terdekat guna memperoleh pertolongan
darurat, kemudian dikarenakan menderita sesak napas, lalu dipindahkan ke “Taipei
Veterans General Hospital” untuk diinfus, lalu didorong ke dalam ruang ICU,
kondisinya tidak optimis.
Kami
menaruh sebuah mesin pelafal Amituofo di sisi bantal Mama, bahkan menggunakan
waktu besuk pasien, melafal Amituofo buat Mama. Kami juga meminta wejangan dari
Master Huijing, ingin mengundang Master memberi ceramah kepada Mama dan
menyampaikan Visudhi Trisarana kepada Mama.
Guru
berwelas asih menanyakan keadaan Mama lalu berkata : “Ini adalah rintangan
karma Mama, sebagai putra-putri mesti menggunakan hati bakti melafal Amituofo
dan melimpahkan jasa kepadanya. Pelafalan Amituofo ditekankan pada dua poin
yakni tulus dan hening, dengan hati yang tulus dan hati yang hening melafal
Amituofo. Manusia memiliki ketulusan hati, Buddha memiliki mukjizat, mengenai
Visudhi Trisarana, nanti baru dibahas lagi.”
Keesokan
paginya, usai membesuk Ibunda, Ayah menelepon bahwa kondisi Mama terus
memburuk, pernah kejadian dua kali denyut nadinya berhenti sekitar 1 menit
lamanya, ketika hendak dilakukan pertolongan darurat dengan Defibrilator
(alat kejut jantung listrik), jantungnya segera berdetak kembali, dua kali juga
sedemikian rupa.
Pihak Rumah Sakit khawatir kejadian ini akan berulang, makanya
menanyakan persetujuan pihak keluarga apakah mengizinkan pasien menerima pertolongan
darurat dengan Defibrilator (alat kejut jantung listrik).
Setelah kami sekeluarga berdiskusi, kami memutuskan : Apabila Mama
sudah tak berdaya disembuhkan, kami tidak ingin menambah siksaan yang tidak
perlu bagi diri beliau, hanya berharap semoga Mama dapat meninggal dunia dengan
tenang dan terlahir ke Alam Sukhavati. Karena itu, kami menandatangani “Surat
pernyataan melepaskan pertolongan darurat”, bersiap-siap membawa Mama pulang
rumah untuk melakukan kegiatan Zhunian (membantu melafal Amituofo buat pasien
atau orang yang akan meninggal dunia).
Pada petang hari itu, giliran diriku membesuk ke dalam ruang ICU.
Di depan pintu masuk ICU, saya melihat sepasang kaki Mama bergerak, serupa
orang normal, seakan-akan tak percaya dengan penglihatan mata sendiri, saya
menanyakan kondisi Mama pada Suster, ternyata usai Papa membesuk tadi pagi,
Mama telah siuman.
Selanjutnya Mama berangsur-angsur pulih, beliau menggunakan pena
untuk menulis, memberitahu kami bahwa Buddha Amitabha dan guru yang membawanya
pulang.
Dia juga tahu bahwa denyut nadinya sempat berhenti sebanyak dua
kali, saat menjelang ajal, dia berada di sebuah ruang dimensi lainnya menyaksikan
tubuh kasarnya terbaring kaku di atas ranjang pasien, pada saat itu telinganya
mendengar suara lafalan Amituofo, makanya dia ikut melafal Amituofo, Buddha
Amitabha segera muncul di hadapannya, posturNya sangat tinggi besar, namun
begitu lembut dan hangat, guru juga ikut hadir.
Saat itu Mama bilang ke Buddha Amitabha bahwa beliau sudah ikhlas
dan bersedia pergi bersama Buddha Amitabha ke Tanah Suci Sukhavati, namun
Buddha Amitabha berkata padanya : “Ajalmu belum tiba, biarkan guru membawamu
pulang”.
Kemudian dia sudah kembali ke ranjang pasien, bahkan guru duduk di
samping dan memberi wejangan padanya, tidak berapa lama kemudian dia merasakan
tangannya bergetar kuat, lalu siuman.
Dia mengatakan bahwa Buddha Amitabha sangat ber-Maitri Karuna,
berpesan supaya dia jangan mengonsumsi pil tidur lagi. Kekuatan Buddha sungguh
tak terbayangkan.
Kejadian yang dialami Mama membuat kami jadi mengerti : Ternyata,
ketika seseorang jatuh ke dalam kondisi koma, juga dapat mendengar suara
lafalan Amituofo, maka itu Mama bilang yang dia dengar hanyalah suara lafalan
“Namo Amituofo”, sehingga dia jadi ikut melafal, saat itu suasana dipenuhi oleh
cahaya keemasan, Buddha Amitabha hadir di hadapannya, hal ini juga membuktikan
isi sutra adalah nyata dan tidak semu.
Melalui pengalaman nyata Ibunda dan mukjizat dari melafal Amituofo, semakin menguatkan hatiku untuk “Meyakini dan menerima penyelamatan Buddha Amitabha”.
(Ditulis oleh : Jing Yi, tanggal 30
September 2008 )
Disadur dari ebook berjudul :
《念佛癒病》(一)
十六、慈母病危 念佛蒙救
母親因罹患憂鬱症、睡眠障礙,近幾年長期服用安眠藥,有時不但無法入眠,反而精神失常,呈現近乎喪失理智的狀態。
今年(二○○八年)八月三十一日晚上,母親因過量服用安眠藥,整個人又變得神志不清。九月二日晨,在神志不清的情況下,因口渴而誤食了消毒水,緊急中送到最近的醫院急救,嗣後因呼吸困難再轉送台北榮民總醫院插管急救,並迅即轉至加護病房,情況很不樂觀。
我們在母親枕邊放念佛機,並利用探病的時間,在母親的耳邊念佛。我們請示慧淨師父,想請師父到病房為母親開示並傳授皈依。師父慈悲地問了母親的狀況之後說:「這是媽媽的業障,做子女的應以孝心念佛迴向。念佛把握兩點:虔誠、寂靜,以虔誠心寂靜地念佛。人有誠心,佛有感應,皈依則等以後再說。」
隔天早上,父親在探視後來電告知,母親的狀況非常不好,有兩次心跳停止約一分鐘,待要施行急救時,又回復了心跳,兩次都是如此。院方擔心同樣的情況會再發生,所以詢問家屬是否同意做相關的急救措施。經相互協商後,家人達成共識:若母親已無法平安康復,我們也不希望她再多受無益之苦,只願能安然往生極樂世界。因此,立即簽署了《放棄急救切結書》,做好隨時接母親回家助念的心理準備。
當日傍晚,輪到我去加護病房探視。不可思議的是,就在進病房前,我自門外就見到母親的雙腳在動,彷彿正常人一般,我不敢相信自己的眼睛,還問護士:「這是七號病房的林風珠嗎?」原來母親在父親早上離開後便已清醒。
隨後身體日漸好轉,母親用筆寫字,告訴家人,是阿彌陀佛和師父送她回來的。她也知道自己心跳停止了兩次;於瀕臨死亡時,自另一空間看到自己的身體躺在病床上,而此時耳中聽到的都是佛號聲,於是她就跟著念佛,阿彌陀佛金黃色光明的身軀立刻現前,非常高大,很溫暖,旁邊還有師父。
她跟阿彌陀佛說願意和阿彌陀佛去淨土,阿彌陀佛告訴她說:「你的時間還沒到,由師父帶你回去。」於是她就回到病床上了,師父還坐在床邊和她談話,不一會兒功夫,她感受她的手在床上大力地抖了一下,便醒過來了。她又說阿彌陀佛很慈悲,叫她不要再吃藥了(指安眠藥)。師父也同她說話,說了什麼已不記得,只記得很感動。佛力真是不可思議啊!
母親的敘述,讓我猛然驚知:原來,人在昏迷的時候,也是可以聽到佛號聲的,所以母親才會說世界都只有「南無阿彌陀佛」的佛號聲,而她也很自然地就跟著念佛,當下充滿金色光明的阿彌陀佛馬上現前,這也印證了經典所說的不虛,師父的開示真實可信。經由母親這一段瀕死經驗與念佛感應,讓我「信受彌陀救度」之心更加堅定。
(淨禕記 二○○八年九月三十日)
摘錄自 :
《念佛癒病》(一)