Friday, January 24, 2020

18 Usia diperpanjang 17 tahun


Kisah Melafal Amituofo Sembuh dari Penyakit 18
Usia diperpanjang 17 tahun

Wang Bao-zhang, pria, lahir tanggal 20 Juni 1946, setelah tamat dari Sekolah Menengah Tingkat Pertama, bekerja di pabrik kimia. Musim panas tahun 1987 tiba-tiba menderita penyakit lambung, sakitnya tidak bisa reda, tidak berdaya makan dan minum, berobat ke mana-mana namun tak kunjung sembuh.

Musim semi 1988, didiagnosis di Rumah Sakit “An-yang People’s Hospital” yang berlokasi di Kota Anyang, Provinsi Henan, dokter memvonisnya mengidap kanker lambung stadium akhir, sel-sel kanker telah menyebar ke seluruh perutnya, tidak punya harapan untuk sembuh lagi, meskipun dilakukan pembedahan dengan resiko tinggi, usianya juga hanya bisa bertahan sampai akhir tahun saja.

Akhirnya keluarganya memutuskan : Asalkan dapat memanjangkan masa hidupnya, bahkan cuma sehari saja, juga harus menempuh resiko tersebut.

Pihak Rumah Sakit menuruti keinginan keluarga pasien, melakukan amputasi dan membuang 3/2 bagian lambungnya. Ketika keluar dari Rumah Sakit, dokter berpesan pada keluarga pasien : “Kondisi pasien sewaktu-waktu bisa berubah jadi kritis, pulang ke rumah sambil merawat pasien juga sambil mempersiapkan upacara perkabungan”.

Ketika Wang Bao-zhang telah kehilangan asa dan berjuang di ambang kematian, seorang sahabat Dharma yang bernama Upasika Wang datang membesuknya, lalu menjelaskan padanya tentang Pintu Dharma Pelafalan Amituofo. Asalkan membangkitkan ketulusan melafal Amituofo, maka bukan saja memiliki harapan untuk sembuh, bahkan dapat memperpanjang usia, tetapi yang lebih penting adalah saat menjelang ajal dapat terlahir ke Alam Sukhavati, terbebas dari enam alam tumimbal lahir.

Sepasang mata Wang Bao-zhang memancarkan kecerahan, hatinya segera  dipenuhi harapan tanpa batas, memanjatkan doa memohon penyelamatan pada Buddha, membulatkan tekad terlahir ke Tanah Suci Sukhavati.

Upasika Wang membantunya mengundang sebuah poster “Tiga Suciwan Alam Sukhavati”, membentuk sebuah ruang kebaktian pelafalan Amituofo di rumah Wang Bao-zhang.

Sejak itu, Wang Bao-zhang memulai kehidupannya dengan melafal Amituofo, sepatah “Namo Amituofo” siang malam dilafal berkesinambungan, bukan hanya melafalnya di rumah saja, bahkan dengan menyeret tubuh yang sakit-sakitan itu, mengayuh sepeda tua-nya menuju ke Vihara yang berjarak 25 kilometer dari dusunnya, guna mengikuti kebaktian umum pelafalan Amituofo, tak peduli musim dingin maupun panas, tak gentar akan hembusan angin maupun terpaan hujan, tidak pernah terlambat dalam menghadiri kebaktian bersama.

Demikianlah selama kurun waktu tiga tahun, kondisi kesehatannya berangsur-angsur membaik, rasa sakit di lambungnya juga sudah reda secara keseluruhan, baik pekerjaan di rumah maupun di ladang, sudah sanggup dikerjakannya, sambil bekerja sambil melafal Amituofo. Karena itu di luar dugaan, keluarganya juga mulai mengikutinya melafal Amituofo.

Tiga tahun kemudian setelah dia menjalani pembedahan, suatu hari ada warga dusun yang juga pergi ke kota Anyang hendak berobat ke “An-yang People’s Hospital”, kebetulan bertemu dengan dokter yang membedah Wang Bao-zhang tempo hari.

Dokter ini bertanya pada warga dusun tersebut : “Apakah penderita kanker lambung di dusun kalian yang bernama Wang Bao-zhang telah meninggal dunia?”

Warga dusun yang mendengar ucapan dokter jadi kesal lalu menjawab : “Memangnya Wang Bao-zhang ada dendam denganmu ya! Dia masih hidup kok, kenapa anda mengutuknya cepat mati?”

Dokter ini mendengar bahwa Wang Bao-zhang masih hidup terkejut setengah mati, segera bertanya lagi : “Apa?!  Dia masih hidup? Rumah Sakit mana yang berhasil menyembuhkannya?”

Warga dusun itu menjawab : “Dia tidak ke mana-mana, cuma melafal Amituofo saja, sekarang sehatnya bukan main!”

Mendengar perkataan ini, si dokter terus menggeleng-gelengkan kepalanya dan berkata : “Sungguh tak terbayangkan, tak disangka penyakit mematikan yang mustahil disembuhkan dokter, malah bisa disembuhkan dengan cuma melafal Amituofo!”

Pada musim semi 2005, yakni tahun ke-17 Wang Bao-zhang melafal Amituofo, dalam kebaktian umum, dia berkata pada para  hadirin : “Adalah Buddha Amitabha yang telah memberikan saya kehidupan yang kedua kalinya. Adalah Buddha Amitabha yang telah memperpanjang masa hidupku selama 17 tahun!”

Tidak lama kemudian, pada suatu malam, tanpa menderita penyakit apapun, dia meninggal dunia dengan damai, tampaknya ketika dia mengucapkan kesannya tempo hari menunjukkan bahwa sejak awal dia telah mengetahui terlebih dulu waktunya terlahir ke Alam Sukhavati.

Ditulis oleh : Wang Qin-gen
Bertempat di : Dusun Shicun, Provinsi Hebei.

Disadur dari ebook berjudul :
《念佛癒病》(一)



十九、念佛癒胃癌 多活十七年

王保章生於一九四六年六月二十日初中畢業後到一家化工廠打工一九八七年夏天突發胃病疼痛不止飲食不能四處求治無效

一九八八年春在河南省安陽市人民醫院檢查醫生診斷為胃癌晚期且全胃已經癌變醫治無望即使冒險手術壽命也只能延至年底

他家人最後決定只要能延長他的壽命哪怕是一天也要冒險一試

醫院按他家屬要求為他做了胃三分之二切除術出院時醫生向親屬交代說「病人隨時有生命危險回家後一邊精心照料一邊準備後事吧

正當王保章病癒無望在死亡邊緣上掙扎時本村一名在縣工作的佛門弟子王居士(女)聞訊專程趕到他家向他詳細介紹念佛法門說如能至心念佛不僅病癒有望且能延年益壽更重要的是臨終能往生西方極樂世界免除六道輪迴

王保章眼前一亮心中立即充滿了無限希望萌發了向佛求救、往生極樂的願心王居士為他請回了西方三聖像在他家設了念佛堂從此王保章便開始了他的念佛生活一句「南無阿彌陀佛」早也念晚也念不僅在家念還常常拖著重病的身體騎輛破舊的自行車到離村二十五公里外的念佛堂共修不分冬夏無論風雨從不遲到缺席

就這樣三年之間他的病情竟日復一日地好轉了胃部的疼痛也全部消失了家裡、地裡的活都能去幹了他一邊幹活一邊念南無阿彌陀佛因此他們全家人都喜出望外也開始跟著念佛了

就在他手術三年後的一天村裡有人也到了安陽市人民醫院治病巧遇當年為王保章做手術的醫生這位醫生就向村人詢問「你們村得胃癌的王保章死了嗎?」村人一聽此問氣憤地說「王保章跟你有仇啊!人家活得好好的你咒人死呢?」

這位醫生一聽王保章還活著大吃一驚立即又問「什麼?!他還活著?他在哪家醫院治好病的?」

村人答「人家哪兒都沒去就是靠念阿彌陀佛現在身體好得很!」

聽到此這位醫生驚得連連搖頭說「真是不可思議沒想到世上連醫生都治不好的絕症竟能靠念阿彌陀佛治好!」

二○○五年春也就是王保章念佛的第十七年他接連兩次在念佛法會上深有感觸地說「是阿彌陀佛給了我第二次生命是阿彌陀佛讓我多活了十七年!」

而就在他說這話不久後的一天夜裡他無疾而終看來他在說那句話的時候早已經預知時至了

(河北省邯鄲市磁縣時村營鄉西小屋念佛堂 王勤根記錄)

摘錄自 :
《念佛癒病》(一)