Kisah
Melafal Amituofo Sembuh dari Penyakit 18
Usia
diperpanjang 17 tahun
Wang
Bao-zhang, pria, lahir tanggal 20 Juni 1946, setelah tamat dari Sekolah
Menengah Tingkat Pertama, bekerja di pabrik kimia. Musim panas tahun 1987
tiba-tiba menderita penyakit lambung, sakitnya tidak bisa reda, tidak berdaya
makan dan minum, berobat ke mana-mana namun tak kunjung sembuh.
Musim
semi 1988, didiagnosis di Rumah Sakit “An-yang People’s Hospital” yang
berlokasi di Kota Anyang, Provinsi Henan, dokter memvonisnya mengidap kanker
lambung stadium akhir, sel-sel kanker telah menyebar ke seluruh perutnya, tidak
punya harapan untuk sembuh lagi, meskipun dilakukan pembedahan dengan resiko
tinggi, usianya juga hanya bisa bertahan sampai akhir tahun saja.
Akhirnya
keluarganya memutuskan : Asalkan dapat memanjangkan masa hidupnya, bahkan cuma
sehari saja, juga harus menempuh resiko tersebut.
Pihak
Rumah Sakit menuruti keinginan keluarga pasien, melakukan amputasi dan membuang
3/2 bagian lambungnya. Ketika keluar dari Rumah Sakit, dokter berpesan pada
keluarga pasien : “Kondisi pasien sewaktu-waktu bisa berubah jadi kritis,
pulang ke rumah sambil merawat pasien juga sambil mempersiapkan upacara
perkabungan”.
Ketika
Wang Bao-zhang telah kehilangan asa dan berjuang di ambang kematian, seorang
sahabat Dharma yang bernama Upasika Wang datang membesuknya, lalu menjelaskan
padanya tentang Pintu Dharma Pelafalan Amituofo. Asalkan membangkitkan
ketulusan melafal Amituofo, maka bukan saja memiliki harapan untuk sembuh,
bahkan dapat memperpanjang usia, tetapi yang lebih penting adalah saat
menjelang ajal dapat terlahir ke Alam Sukhavati, terbebas dari enam alam
tumimbal lahir.
Sepasang
mata Wang Bao-zhang memancarkan kecerahan, hatinya segera dipenuhi harapan tanpa batas, memanjatkan doa
memohon penyelamatan pada Buddha, membulatkan tekad terlahir ke Tanah Suci
Sukhavati.
Upasika
Wang membantunya mengundang sebuah poster “Tiga Suciwan Alam Sukhavati”, membentuk
sebuah ruang kebaktian pelafalan Amituofo di rumah Wang Bao-zhang.
Sejak
itu, Wang Bao-zhang memulai kehidupannya dengan melafal Amituofo, sepatah “Namo
Amituofo” siang malam dilafal berkesinambungan, bukan hanya melafalnya di rumah
saja, bahkan dengan menyeret tubuh yang sakit-sakitan itu, mengayuh sepeda
tua-nya menuju ke Vihara yang berjarak 25 kilometer dari dusunnya, guna
mengikuti kebaktian umum pelafalan Amituofo, tak peduli musim dingin maupun
panas, tak gentar akan hembusan angin maupun terpaan hujan, tidak pernah
terlambat dalam menghadiri kebaktian bersama.
Demikianlah
selama kurun waktu tiga tahun, kondisi kesehatannya berangsur-angsur membaik, rasa
sakit di lambungnya juga sudah reda secara keseluruhan, baik pekerjaan di rumah
maupun di ladang, sudah sanggup dikerjakannya, sambil bekerja sambil melafal
Amituofo. Karena itu di luar dugaan, keluarganya juga mulai mengikutinya
melafal Amituofo.
Tiga
tahun kemudian setelah dia menjalani pembedahan, suatu hari ada warga dusun
yang juga pergi ke kota Anyang hendak berobat ke “An-yang People’s Hospital”,
kebetulan bertemu dengan dokter yang membedah Wang Bao-zhang tempo hari.
Dokter
ini bertanya pada warga dusun tersebut : “Apakah penderita kanker lambung di
dusun kalian yang bernama Wang Bao-zhang telah meninggal dunia?”
Warga
dusun yang mendengar ucapan dokter jadi kesal lalu menjawab : “Memangnya Wang
Bao-zhang ada dendam denganmu ya! Dia masih hidup kok, kenapa anda mengutuknya
cepat mati?”
Dokter
ini mendengar bahwa Wang Bao-zhang masih hidup terkejut setengah mati, segera
bertanya lagi : “Apa?! Dia masih hidup?
Rumah Sakit mana yang berhasil menyembuhkannya?”
Warga
dusun itu menjawab : “Dia tidak ke mana-mana, cuma melafal Amituofo saja,
sekarang sehatnya bukan main!”
Mendengar
perkataan ini, si dokter terus menggeleng-gelengkan kepalanya dan berkata :
“Sungguh tak terbayangkan, tak disangka penyakit mematikan yang mustahil
disembuhkan dokter, malah bisa disembuhkan dengan cuma melafal Amituofo!”
Pada
musim semi 2005, yakni tahun ke-17 Wang Bao-zhang melafal Amituofo, dalam
kebaktian umum, dia berkata pada para
hadirin : “Adalah Buddha Amitabha yang telah memberikan saya kehidupan
yang kedua kalinya. Adalah Buddha Amitabha yang telah memperpanjang masa hidupku
selama 17 tahun!”
Tidak
lama kemudian, pada suatu malam, tanpa menderita penyakit apapun, dia meninggal
dunia dengan damai, tampaknya ketika dia mengucapkan kesannya tempo hari
menunjukkan bahwa sejak awal dia telah mengetahui terlebih dulu waktunya
terlahir ke Alam Sukhavati.
Ditulis
oleh : Wang Qin-gen
Bertempat
di : Dusun Shicun, Provinsi Hebei.
Disadur
dari ebook berjudul :
《念佛癒病》(一)
十九、念佛癒胃癌 多活十七年
王保章,男,生於一九四六年六月二十日,初中畢業後到一家化工廠打工。一九八七年夏天,突發胃病,疼痛不止,飲食不能,四處求治無效。
一九八八年春,在河南省安陽市人民醫院檢查,醫生診斷為胃癌晚期,且全胃已經癌變,醫治無望,即使冒險手術,壽命也只能延至年底。
他家人最後決定:只要能延長他的壽命,哪怕是一天,也要冒險一試。
醫院按他家屬要求,為他做了胃三分之二切除術。出院時,醫生向親屬交代說:「病人隨時有生命危險,回家後一邊精心照料,一邊準備後事吧。」
正當王保章病癒無望,在死亡邊緣上掙扎時,本村一名在縣工作的佛門弟子王居士(女)聞訊專程趕到他家,向他詳細介紹念佛法門,說如能至心念佛,不僅病癒有望,且能延年益壽,更重要的是臨終能往生西方極樂世界,免除六道輪迴。
王保章眼前一亮,心中立即充滿了無限希望,萌發了向佛求救、往生極樂的願心。王居士為他請回了西方三聖像,在他家設了念佛堂。從此,王保章便開始了他的念佛生活,一句「南無阿彌陀佛」早也念,晚也念,不僅在家念,還常常拖著重病的身體,騎輛破舊的自行車到離村二十五公里外的念佛堂共修,不分冬夏,無論風雨,從不遲到缺席。
就這樣三年之間,他的病情竟日復一日地好轉了,胃部的疼痛也全部消失了,家裡、地裡的活都能去幹了,他一邊幹活,一邊念南無阿彌陀佛。因此,他們全家人都喜出望外,也開始跟著念佛了。
就在他手術三年後的一天,村裡有人也到了安陽市人民醫院治病,巧遇當年為王保章做手術的醫生。這位醫生就向村人詢問:「你們村得胃癌的王保章死了嗎?」村人一聽此問,氣憤地說:「王保章跟你有仇啊!人家活得好好的,你咒人死呢?」
這位醫生一聽王保章還活著,大吃一驚,立即又問:「什麼?!他還活著?他在哪家醫院治好病的?」
村人答:「人家哪兒都沒去,就是靠念阿彌陀佛,現在身體好得很!」
聽到此,這位醫生驚得連連搖頭說:「真是不可思議,沒想到世上連醫生都治不好的絕症,竟能靠念阿彌陀佛治好!」
二○○五年春,也就是王保章念佛的第十七年,他接連兩次在念佛法會上,深有感觸地說:「是阿彌陀佛給了我第二次生命,是阿彌陀佛讓我多活了十七年!」
而就在他說這話不久後的一天夜裡,他無疾而終,看來他在說那句話的時候早已經預知時至了。
(河北省邯鄲市磁縣時村營鄉西小屋念佛堂 王勤根記錄)
摘錄自 :
《念佛癒病》(一)